Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Bila malam merambat
Dia berhenti dari kenikmatan tidurnya
Memercikkan air diwajah, tangan dan kakinya
Lalu menuju mimbar Rabbnya
Dengan penuh kekhusyuan dia menangis
Merenung, terpekur penuh kenikmatan
Lalu ketakutan kepada Rabbnya menjadi pakaian kehidupannya
Bismillah…
Pernahkah kita merenung tentang ucapan kita bahwa “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah” (Al-An’am : 162). Atau, pernahkah kita berpikir sudah banyakkah pengorbanan yang kita lakukan untuk berjihad dijalan-Nya ? Lantas adakah energi yang mengerakkan lahir dari perenungan kita tersebut ? energi ini mampu membongkar pertahanan malas yang menggerogoti tubuh, energi ini mampu memberikan semangat baru untuk beramal dan energi ini mampu mempertahankan kenikmatan iman di dalam jiwa sehingga ia mampu menguatkan, mengokohkan serta menjadikan pribadi-pribadi kita lebih mulia dan bercahaya.
Ya…
Dialah energi yang bersumber dari ketakutan kita kepada allah.
Merenung dan berfikir sejenak, pada waktu dan tempat yang menghangatkan, akan membuat kita berpikir, tentang amal-amal kita, dosa-dosa yang telah kita kerjakan, kesia-siaan dalam beraktivitas, serta senantiasa menggerakkan batin kita untuk berdzikir dan mengingat Allah swt.
Merenung dan berkhalwat (menyendiri) dengan Allah swt akan membuat kita takut kepada Allah. Takut jika kita meninggal sebelum benar-benar bertaubat kepada Allah. Takut dari Istidraj, dimana kenikmatan yang Allah berikan tanpa disertai dengan ridhanya, takut jika meninggal dalam keadaan su’ul khotimah, takut dari sakratul maut dan tercabutnya ruh dari dalam tubuh, takut dari kesalahan menyeberang diatas shirot (jembatan), takut dari neraka dan berbagai siksa didalamnya, serta takut diharamkan syurga serta nikmat didalamnya.
Merenung dan berkhalwat dengan Allah swt yang disertai dengan kekhusyuan, akan membuat kita menangis, betapa diri kita jauh dari sosok-sosok mulia yang menyejarah. Sangat berbeda dengan sosok Salahudin Al Ayubi yang mampu memenangkan perang salib, dengan Ali ra pemuda penghuni syurga yang penuh dengan keberanian dan memiliki akhlak yang mulia, dengan Muhammad Al-fatih yang tidak pernah meninggalkan sholat malam semenjak Baligh, yang tidak pernah kehilangan hafalan selama hidupnya. Saudaraku… berkhalwat dengan Allah swt, membuat kita tersadar dimanakah posisi kita dihadapan Allah swt ?
Tahukah engkau bahwa menangis karena takut kepada Allah membuat kita mendapatkan naungan di hari kiamat kelak ?
Rasulullah saw bersabda :
“Tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah disaat tidak ada naungan selain naungan-Nya…. (diantaranya) seseorang berdzikir kepada Allah menyendiri dan menangis karenanya”
Tahukah engkau bahwa menangis karena takut kepada Allah membuat kita terbebas dari azab Allah ?
“Dua jenis mata yang tidak disentuh oleh api neraka, mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang piket malam fisabilillah” (HR. Turmudzi)
Tahukah engkau bahwa menangis karena takut kepada Allah membuat kita berada dalam limpahan cinta ilahi ?
“Tidak ada yang lebih dicintai Allah dari dua tetes dan dua bekas; tetes-tetes air mata karena takut kepada Allah dan tetes-tetes darah yang tertumpah fi sabilillah. Dua bekas tersebut adalah berkas berjihad di jalan Allah dan bekas dalam kewajiban yang Allah wajibkan (shalat berjama’ah)” (HR. Turmudzi)
Tahukah engkau bahwa menangis karena takut kepada Allah membuat kita berada dalam ampunan dan maghfirah-Nya ?
“Apabila seorang hamba merinding karena takut kepada Allah maka dosa-dosanya berguguran bagai bergugurnya dedaunan dari pohon yang kering” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi)
Subhanallah…
Sungguh betapa banyak nikmat yang Allah berikan kepada hamba-hambanya yang menangis karena ketakutan kepada Allah.
Semoga kita senantiasa menjadi bagian dari orang-orang yang mengingat-Nya, lalu terpekur dan menangis karena takut kepada-Nya.
Allahu’alam Bishawab
Yogyakarta, 17 maret 2009
~ Yusuf Al Bahi ~
Subhanalloh….Allohu Akbar…saya tak sanggup mengomentari tulisan ini…saya hanya minta ijin untuk share ke saudara2 kita yang lain…
::: Ketika menyadari bahwa memang penyerahan diri adalah keutuhan dari kedamaian sesungguhnya, aku pernah membuat surat cinta untuk-Nya…. Dia yang menjaga malam hariku dan tak tidur karena pintaan-ku…. Dia yang membentengi siangku karena ketersesatanku pulang… Sungguh indah bukan cara-Nya mendampingi dan menjadi lingkupan dimanapun kita?
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Ada yang inginkan kekasih hati tanpa air mata…
Ada yang inginkan kekasih hati tanpa kesalahan…
Ternyata Engkau-lah sosok yang dirindu semua pencinta itu…
Engkau semata yang tak punya airmata dan kesalahan…
Aku beruntung jatuh cinta pada-Mu…
Tak melukai diriku seperti kekasih lain…
Juga tak pernah meninggalkan ku seperti kekasih lain…
Engkau lah yang paling sempurna untuk kucintai…
Tak membelengguku, justru membebaskanku…
Tak mengakhiri, bahkan membalas cintaku…
Tak menghancurkan, bahkan mengangkat sosokku…
Engkau saja yang tak pernah mematahkan hati dan cintaku…
Puisi Religi koleksi pribadi ku http://wiedewriter.blogspot.com/2010/03/dia-yang-aku-cinta.html
bagus sekali mas tulisannya..
saya minta izin share ya mas..