Assalamu’alaykum Wr. Wb.
Bismillah…
Adakalanya, jejak-jejak kita terhenti karena keterbatasan daya
Bahkan ia kadang mengaburkan dan meleburkan semua hamasah di dalam diri
Disitulah kita merasa..
Kita meraba..
dan Kita mencerna..
Dimanakan seharusnya SABAR bekerja
Dan sampai kapankah kita menggenggamnya
Dalam setiap alur kehidupan yang kita lewati, Allah selalu mewarnai dengan cerita-cerita berbeda. Tentu dengan keindahannya yang juga sangat berbeda. Untuk itu, jika kau tanyakan kenapa pelangi menjadi begitu Indah untuk dipandang ? karena ia merupakan penyatuan antara berbagai dimensi warna, yang juga akan memberikan sinaran kecantikannya setelah hujan berderai.
Begitu juga dengan hidup. Ibarat pelangi, ia akan akan mampu kita nikmati Indahnya ketika semua dimensi warna telah bersatu dalam sebuah bentuk yang sederhana namun menggerakkan. Begitulah hidup “berbicara..”
Setiap kepingan warna pelangi, adalah setiap “pelajaran hidup” yang Allah berikan kepada kita.. Semakin banyak warna.. maka akan semarak hidup kita. Merah.. Kuning.. Ungu.. Semua adalah kesatuan dan perpaduan ciptaan-Nya yang begitu indah dan menghidupkan.
Hidup laksana pelangi, jika kau ingin menikmatinya, maka kecaplah dulu tanah yang basah, petir yang membahana juga gemuruh angin yang kadang membawa bencana. Begitulah Allah mengajarkan kepada makhluk-Nya. Siapa yang ingin mengecap kenikmatan Iman, maka ia harus di uji oleh Allah..
Begitulah Allah memberikan pesannya kepada kita, jangan pernah mengatakan dirimu beriman, sedang Allah belum mengujimu.
Ujian yang menghimpit, juga godaan dunia yang tidak pernah habis-habisnya akn menghiasi jalan panjang orang-orang beriman. Ia tak hanya menjadi pengingat, namun menjadi pelecut untuk mendewasakan diri, mempertebal azzam, dan sebagai saran melatih keistiqomahan.
Namun, coba tengoklah betapa cintanya Allah kepada makhluk-Nya..
Allah tidak pernah membebani seseorang melebihi kekuatannya… Yakinlah, bahwa selalu ada jalan bersama kesulitan.. Selalu ada cinta bersama kesedihan…
Bahkan Allah menyediakan pahala yang berlimpah dan hikmah yang menyuburkan bagi siapa saja yang hendak melewati ujian keimanan ini dengan penuh keistiqomahan.
Hari ini, aku mungkin saja terpaku, untuk kesekian kalinya, dan entah sudah berapa kali terjadi.
Aku menangis.. ya Menangis..
Seperti sujud-sujudku yang penuh dengan haru menyeruak perlahan diujung malam, bersama tumpukan tugas-tugas kuliah.
Menangisi kelemahan ini..
Kurangnya hamasah di dalam diri untuk berbuat lebih bagi jalan ini..
Aku sadar, betapa hinanya dirin, kurangnya ilmu, ditengah tuntutan dinamika amanah-amanah yang seharusnya mampu kita laksanakan.
Menangis di hadapan-Mu adalah madrasah terindah bagi hati.. Sungguh betapa hangat jiwa ini, ketika air mata turun mengalir karena mengingat kebesaran-Mu.. Betapa damai hati yang kelam ketika kubacakan ayat-ayat-Mu pada selang waktu menuju Isya di langit-langit Taipei… Betapa rindu suasana-suasana itu.. Andai saja, jika ENGKAU memberikanku pilihan.. maka aku memilih untuk tetap bersama-Mu.. Selamanya…
Namun, Allah tak pernah menjadikan seorang da’i seperti itu.. seorang pendakwah tidak hanya berhenti pada luapan tangisan, kuatnya ibadah, juga kokohnya iman yang terpatri di dalam diri. Ia hanya sebuah ENERGI yang akan kita “kuras” untuk disebarkan kepada orang lain. Kita memiliki KEWAJIBAN untuk memberikan warna “pelangi” bagi hati-hati manusia lain yang mungkin belum tersentuh cahaya-Nya.. Begitulah da’i bekerja, bukan sebagai penghamba kekhusyu’an, namun kekhusyu’an adalah modal awal untuk terus “berlari”, “memukul” keras arus kehidupan, dan bekerja sekuat yang kita mampu…
Dalam kepingan hari ini, dan diantara dinginnya malam di musim dingin, aku membaca kembali potongan Al Qur’an Surat Az-Zumar ayat 10… Kutemukan kembali pesan-Mu yang pernah terucap dari seorang al-Akh..
Masya Allah..
betapa Allah telah memberikan sebuah pesan penuh cinta kepada hamba-hambanya yang beriman..
“BERSABARLAH….” agar Allah menyempurnakan pahalamu tanpa batas…
Tak inginkah kita memilikinya..
Memiliki kerinduan yang membuncah pada-Nya dalam lambang kesabaran penuh hamasah… ?
Tak inginkah kita menikmatinya…
Mengecap alur kehidupan dalam luapa air mata karena mengingat-Nya ?
Sungguh.. Allah selalu bersama orang-orang yang bersabar…
Insya Allah, dengan penuh keyakinan…
Jika SABAR telah menjadi bagian hidup dan menjadi perisai diri, maka seberat papaun tantangan dakwah, selemah apapun goncangan jiwa, akan mampu kita melewatinya dengan baik…
Dalam kenikmatan dan kekhusyuan… Meski itu sederhana di hadapan orang..
Taipei, 14 November 2009
Dalam 22 tahun 2 Bulan umurku..
Fashbir Sobran Jamila..
Subhanallah…
betapa dalamnya kata2mu, seperti sebuah perisai menusuk dalam kalbu, mengingatkan aku akan kemahakuasaanNya, betapa diri ini merasa begitu jauh padaNya, padahal Ia begitu dekat, lebih dekat dari urat nadi, dr nafas yg berdegup setiap harinya..
kata2 itu telah mengantarkanku kpd puncak rasa malu kepadaNya, tiba2 hati kecil merasakan begitu jauhnya aku ini.. bahkan sering terlupa bahwa Allah begitu sangat mencintai hambaNya.. selalu mengawasi penciptaanNya. Yaa Rahman Ampunilah aku Yaa Ghaffar.
semoga Allah slu menyertai keberkahan dan keRidhaanNya utk antum.
Jazakumullah Khairan Katsira
Wassalamualaikum,
Az-zahra