Di Sudut Perenungan (2)

Bismillah…


Dalam suatu perjalanan mengantarkan teman-teman dari Indonesia, kami melewati jalanan Taipei yang terlihat cukup ramai. Hatiku berdesir tiba-tiba ketika kulihat bunga sakura mulai bermekaran disamping-samping jalan. Pikiranku mengembara dengan perjalanan hidup yang telah Allah gariskan selama 3 tahun terakhir. Teringat kenanganku menjadi anak kampung yang bermain di sungai, kemudian bermetamorfosa bersama kehidupan dakwah kampus yang begitu menggetarkan. Momen-momen itu membuatku merasa sangat bersalah karena jarang merasakan nikmat yang berlimpah kepada-Nya. Ku coba menghitung semua kesyukuran yang seharusnya terus aku limpahkan untuk-Nya, semakin keras ku berpikir, semakin tak habis nikmat yang Allah tuliskan.

Sore ini, hatiku tak mau berkompromi… Keagungan surat Al-Waqi’ah dan Ar-rahman-Mu menghantam hebat semua persendianku.. Aku tergugu disudut Lab tempat kumenunaikan panggilan cinta-Mu. Tangisku kutahan dan kuendapkan dalam diam. Allahumma… Jika aku boleh memilih, matikan saja aku dalam keadaan seperti ini. Keadaan yang membuatku segar dan merasa nyaman memiliki-Mu. Aku hanya takut, 2 detik kedepan, 1 menit kemudian nama-Mu tak lagi terpatri dan tergantikan dengan bisikan-bisikan syetan yang merenggut jiwaku dari nama-Mu… Rabbi… Andai kelak ada beribu bahkan jutaan nikmat yang terus Engkau beri.. maka hidupkanlah jiwa ini dengan cinta-Mu agar aku tak pernah menjadi kecil dan kerdil dalam menuju jalan-Mu…

Sayup-sayup kuingat dengan segala pesan-Mu yang tertulis kering dalam Arrahman…

“Maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kau dustakan ?”

Allahumma… Engkau selalu begitu, tak pernah alpa memberikan sayang-Mu meski kami tak lagi menyayangi-Mu, meski kami tak lagi mencintai-Mu…

Maka kelak, jika ajalku tiba.. apa yang akan kubawa dihadapan-Mu…

Harapku hanya satu.. aku masih terus punya cinta untuk-Mu..

“Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda..

dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir,

Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,

dan buah-buah apapun yang mereka pilih,

dan daging burung apapun yang mereka inginkan,

dan ada bidadari-bidadari bermata indah, laksana mutiara yang tersimpan baik,

sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan..”

(Q.S. Al-Waqi’ah : 17-24)

Pantaskah kami menikmatinya ?

Taipei, 22 Maret 2010

~ Yusuf Al Bahi ~

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s