Bismillah..
Seperti sayap-sayap patah yang berhambur bersama senja bisu, disetiap kalimat yang terlontar, selalu saja tersimpan senyum indah sang merak. Engkau berdiri anggun disana, dibatas-batas waktu yang sudah tak mungkin untuk dikembalikan. Dan semua tentang keindahan seperti telah habis untuk dirangkumkan. Beningnya air, sucinya putih, damainya telaga hijau, dan sinar keemasan mentari dikala pagi telah kau ambil semuanya. Hingga tetes-tetes yang tertinggal seperti tak mampu untuk sekedar dirasa.
Dan pada setiap titipan hikayat tentang warna, maka kepunyaanmu adalah yang terindah. Meski semua cerita telah berlalu, bahkan dalam hitungan yang sangat panjang, semuanya masih tergambar jelas pada jejak-jejak di pasir pantai itu. Mungkin mimpi masih membelai, tawa masih terlerai, dan nyanyian serta pusis masih tercipta. Hanya saja, semua yang berlalu seperti terkalahkan oleh getaran-getaran yang merambat darimu. Apakah ini yang selalu dituju oleh para pengembara ? Tempat yang mampu membahagiakan rasa, menentramkan hati, dan mampu memberikan ruang bagi logika untuk berargumen. Atau ini hanya bagian dari garis-garis emas yang terangkai untuk menghasilkan sebuah karya yang mengabadi ? Ahh… dimanakah semuanya ? dimanakah semua kekuatan yang telah terkumpulkan ketika sore itu bumi seperti terbelah dua. Jiwa seperti melayang diangkasa, dan senja seperti tak mau tahu. Dimanakah semua kenangan tentang itu ? Baca lebih lanjut