Harap

Bismillah…

Kuberpijak pada kata yang bernama “harap”, karena bagiku ia adalah segalanya. Ketika jawaban yang tersampaikan tak mampu memberikan solusi yang mulai sembrawut, aku selalu yakin bahwa “harap” adalah kekuatanku. Hingga kemudian, ketika kuteruskan “harap” itu agar setia menemaniku, yang kudapatkan adalah kestabilan rasa yang terus menguat setiap waktu. Sebab diawalnya sudah kudefeniskan “harap” sebagai labuhan semua kekuranganku.

“Harap” juga yang membuat aku tetap ada dan bertahan disini. Kadang “harap” itu hilang, pergi dan melebur entah kemana. Namun secepatnya kukumpulkan semua “harap” yang mulai memudar karena ringkihnya tubuhku melawan dunia.

“Harap” yang takkan pernah bosan dan lelah memberi, sebab dia tak pernah kenal yang namanya benci, dia tak pernah kenal yang namanya enggan, bahkan dia pula yang mengajarkan apa itu cinta, “harap” pula yang mengajarkan apa yang dinamakan kerja keras. “Harap”-lah yang membawa semuanya menjadi sebuah dimensi baru bagi kehidupan. “harap”-lah yang menguatkan setiap insan untuk bertahan, meski dalam lirikan makhluk lain, kita seperti berlari di musim kemarau.

“Harap”yang akan mengajarimu apa arti pengorbanan. “Harap” yang akan menuntunmu pada makna sebuah penghambaan. “Harap” pula yang akan mendefenisikan dimanakah letak kata menyerah, meski bagi mereka yang memiliki “harap”, kekalahan adalah sebuah kewajaran, sebab kemenangan bagi mereka, adalah keberlangsungan “harap” yang terus hidup di dalam diri mereka.

Aku pernah belajar tentang “harap” dari perempuanku. Ia mengajarkan “harap” ini agar senantiasa ada dan tumbuh dalam hati-hati mereka yang merasa dunia begitu menghimpit. Ia mengajarkan “harap” dalam dunianya, hingga sesungging senyum dari bibirnya adalah sebuah keyakinan bahwa “harap” akan selalu menang melawan dunia. Ia memberikan sebuah pembelajaran tentang “harap” yang selalu tumbuh dalam dirinya. Bagaimana “harap”-nya mampu menyembuhkan dua anaknya yang sakit, sedang tidak ada orang lain disekitarnya. Bagaimana “harap”-nya mampu memberi tangisan haru karena melihat keberhasilan anaknya satu persatu. Bagaimana “harap”-nya mampu membendung semua kemarahan kepada orang-orang yang menzholiminya. Bagaimana “harap”-nya mampu memberi kekuatan kepada permata-permata hatinya untuk terus melaju, meski deru perjalanan mereka tertatih-tatih karena lelah dengan tantangan. Semua pelajaran “harap” darinya, selalu akan terkenang, hingga ketika kuingat semua cerita “harap” darinya, selalu saja tak kuasa kuucapkan syukur pada-Nya, karena telah mengirmkan seorang perempuan yang memberikan teladan bagaimana menyimpan “harap” di dalam dirinya.

“Harap” selalu akan ada, selagi kau meletakkan hatimu dengan cinta…

Selamat menyimpan “harap”-mu, semoga Allah menjaganya..

Taipei, 23 Agustus 2010

~ Yusuf Al Bahi ~

Iklan

2 komentar di “Harap

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s