Bismillah…
Me-logika-kan cinta itu hnya bisa dilakukan dengan IMAN yang kokoh.
Sebab rasionalitas yang terbangun diatas fondasi kesadaran bahwa Allah adalah pemilik jiwa dan penentu takdir, yang akan menumbuhkan logika-logika bagi pikiran kita untuk merasa, hingga bergerak, dan melakukan perubahan bagi jiwa.
Selanjutnya, ejawantahan CINTA itu akan terlerai dalam KATA KERJA, sebagaimana ia layak menjadi sandaran bagi orang-orang yang mendamba-Nya. Teladannya adalah Umar bin Khathab yang merevolusikan rasa dari cinta kepada dirinya, menjadi kesempurnaan pengorbanan bagi sang manusia mulia. Maka fondasi IMAN adalah sandaran bagi Umar untuk mengalihkan semua kecenderungan. Juga kisah Nailah kepada Utsman bin Affan, baginya mencintai berarti memberi, dan kebahagiaan hati hadir ketika mampu berkontribusi untuk menghapus lelah-lelah para pejuang kalimat-Nya. Dan Utsman-lah orangnya, meski ia renta, meski ubannya telah memenuhi semua rambutnya, namun fondasi cinta yang terbangun dari IMAN yang dimiliki Nailah telah menjadikannya seorang wanita mulia bagi sang sahabat yang dermawan juga sangat kesatria. Begitulah pengalihannya, yang mampu menukarnya dari nafsu dan ego pribadi hanyalah IMAN yang kokoh untuk-Nya.
Jika saat ini anda masih resah, kerahkan usahamu untuk mengokohkan iman-mu, biar setegar Salman Al Farisi, sebening jiwa Abu Darda, dan se berani Ali Bin Abi Thalib..
Selamat bekerja, sebab cinta putih adalah cinta yang terbersamai dengan kerja ^_^
Taipei, 18 November 2010
~ Yusuf Al Bahi ~
ijin copas yah di MP
^^
boleh ga?
Monggo mba Ki.. ^_^
Silahkan di copas aja yang mau di copas.. hehehe
wah…tulisan yang singkat namun padat…
jazakallah…
waiyyakum..
salam kenal.. ^_^
saya mauu, saya mau ^^
Semoga mampu meng-ejawantahkan cinta.. 🙂
pengen bisa terus merasakan cinta dr anak2..
^^
Semoga terwujud.. sala kenal…