Bismillah…
Untukmu, yang disana, entah dimana..
Suatu waktu kita akan berbagi tentang waktu. Tentang pijar-pijar pagi yang selalu membawa harap baru. Mengabarkan semilir asa kepada langit-langit biru hingga ia tersenyum melihat rengkuhan ikhtiar kita yang tentu saja ingin kubalut dengan iman dan rindu yang selalu ada untuk-Nya, Tuhan kita.
Untukmu, yang disana, entah dimana…
Suatu waktu kita akan menerjemahkan hari dalam momen-momen yang berbeda. Menelusuri kata yang tak biasa, hingga menghujam bumi dengan pohon-pohon impian yang akan tumbuh subur dibelantara dunia. Akan kita urai satu persatu tanya yang belum terjawab. Mencoba mengkaitkan mereka dengan coretan-coretan indah yang dulu telah kita rangkai di masing-masing diri. Dan bila esok serta malam-malam panjang itu Allah masih anugerahi untuk kita, maka akan kita retas bersama dalam episode-episode baru yang lebih berwarna.
Untukmu, yang disana, entah dimana..
Suatu waktu, aku takkan merasa seperti ini. Ketika jenuh mulai melanda, tumpukan pekerjaan tak pernah habis-habisnya, dan jalanan panjang yang semakin ramai dan bising saja. Semua gangguan-gangguan yang berpadu dalam fisik, mental, dan fikir-ku suatu waktu akan berbeda, ketika engkau telah ada disana. Entah dimana…
Untukmu, yang disana, entah dimana..
Suatu waktu, engkau mungkin akan bertanya. “Mengapa kau tuliskan ini untuk kita ? bukankah mengembarakan diri dalam imaji yang tak pasti sejatinya selalu tak membawa bahagia ?”.
Tentu saja.. Setiap imaji yang tak pasti selalu membawa arti yang samar dan tak hakiki. Namun, sajak-sajak kecil ini adalah prasasti. Sebuah prasasti untukku dan untuk kita. Prasasti yang kuurai dalam bahasa-bahasa abstrak dan terlalu melankolis. Prasasti yang suatu waktu akan menjadi cerita indah bagi kita, dan khususnya buatku. Untukku, untukku yang akan engkau temani, entah dimana..
Untukmu, yang disana, entah dimana…
Suatu waktu, entah kapan dan dimana… Aku tahu masa itu akan tiba, sebab setiap manusia telah disempurnakan hidupnya dengan pasangan jiwanya. Bukan untuk sekedar menentramkan hati dan melengkapi jiwa yang terkadang letih. Namun lebih dari itu. Mereka hadir untuk membuatmu menjadi sang penghamba sejati, untuk Rabbul Izzati. Maka kupastikan untuk belajar dari prasasti-prasasti yang telah tercipta dalam rentang waktu hidupku yang dahulu. Kuharap engkau juga begitu. Karena kutahu, dan kupahami. Perjalanan panjang ini, tidak akan di isi dengan senyum bahagia tiada henti, namun juga tangis duka dan kesempitan-kesempitan yang akan kerap menghampiri. Tetapi… Percayalah, bahwa entah kapan dan dimana… Jika kita terus berlari untuk menggapai cahaya ilahi, maka segala solusi selalu akan hadir di tiap hari.
Untukmu, yang disana, entah dimana..
Beginilah aku.. Aku dengan segala kekuranganku. Aku yang terkadang tak bisa menepis rasa untuk ditumpahkan dalam kata-kata sederhana, namun terdengar picisan dimata yang lainnya. Namun aku hadir ke dunia, salah satunya untuk menciptakan prosa-prosa biasa yang kutulis untuk sesuatu yang kuanggap berharga. Tentu saja, kelengkapan prosa itu hadir bersama puisi-puisi tak bernama namun bernyawa yang selalu akan kutulis hingga akhir hidupku. Beginilah aku dengan segala kelemahanku. Namun, satu hal yang pasti.. Aku diciptakan oleh-Nya, untuk menciptakan setumpuk puisi manis yang sengaja kutulis untukmu.. entah siapa, entah dimana, engkaulah yang menjadi alasan tulisan ini hadir dan mengindahi dunia… Semoga…
Taipei, 22 Februari 2011
-menunggu Isya dan meeting dngn Prof. Beginilah caraku melepas penat. MENULIS, apapun yg bisa kutulis-
~ Yusuf Al Bahi ~
figure is from here
untukmu, yang disana, entah dimana,..
sangat menarik.
trima kasih telah berbagi
sami2..
salam kenal..
tak sengaja gugling… ech ternyata punya ka ario ya… bagus euy! saya suka kalimat terakhirnya “MENULIS, apapun yg bisa kutulis”
nice… 🙂
blog dengan kisah2 yang menginspirasi, terimakasih mas Ario. semoga menjadi amal sholeh. amin…