2 Hari Bersama Umar (1)

Bismillah…

Ia adalah pemuda yang tampan, tubuhnya tegap, luas pengetahuannya, menyukai sastra, terlihat dari banyaknya syair yang dikuasainya, dan tentu saja, Ia adalah orang yang TEGAS. Kuat dengan pendiriannya, teguh dalam keyakinannya, dan sangat kokoh dalam mempertahankan apa-apa yang dipercayainya.

Awalnya, saya mengira, sosoknya adalah sosok yang keras, sangat menyeramkan jika dipandang, dan bengis laksana algojo-algojo yang sering menjadi tukang pancung di berbagai tontonan kisah-kisah klasik yang intrik. Namun ternyata, saya memang bodoh. Bodoh karena baru mendalami dengan sangat dalam sosok beliau. Bodoh karena selama ini, waktu-waktu saya habis dengan bacaan-bacaan paper yang sering tak ada habis-habisnya. Padahal, bersama kisah-kisah mereka, yang akan selalu kita dapatkan adalah semangat cinta dan daya juang yang sangat besar untuk Allah, Tuhan mereka.

Kali ini, saya ingin berkisah tentang Umar bin al khathab. Seorang tokoh besar dalam Islam yang banyak memberikan keteladanan dalam kepemimpinan. Ketegasannya memang terkenal menakutkan. Sampai syetan-pun lari terbirit-birit jika Umar muali berjalan disekitaran mereka. Menurut saya. Umar dan Abu Bakar adalah gambaran dua karakter yang mampu membuat perjuangan dakwah itu begitu kokoh lagi kuat.

Jika umar adalah seorang yang tegas, Abu Bakar adalah manusia yang paling lembut hatinya. Jika Umar berbadan tegap dan besar, Abu bakar, meski tinggi, ia berperawakan kurus. Jika Umar sangat berani dalam mengungkapkan pendapatnya, meskipun berseberangan dengan Rasulullah. Abu Bakar adalah orang yang sangat mempercayai dan mengikuti apapaun yang Rasulullah ingini. Dua sikap berbeda yang menjadi pelengkap bagi sempurna-nya kepemimpinan Rasulullah SAW.

Umar bin khathab di gelar sebagai al-furqan, yaitu pembeda. Ia menjadi pembeda antara yang haq dan yang batil. Sering sekali perkataan-perkataan dan buah pemikirannya dibenarkan oleh Allah lewat firman-firman-Nya yang diturunkan melalui Rasulullah SAW.  Kisah tentang Khamar adalah contohnya. Bagaimana beliau meminta Rasulullah SAW untuk segera memberikan hukum yang pasti tentang khamar kepada kaum muslimin saat itu. Pendapat beliau agar khamar segera di tetapkan sebagai sesuatu yang haram, akhirnya di benarkan oleh Allah dalam Q.S. Al Maidah ayat 90. 

Kemudian, kisah tentang tawanan perang badar yang mahsyur dikalangan para aktivis, karena ibrohnya yang luar biasa tentang hasil syuro dalam berjama’ah. Keyakinannya untuk membunuh Tawanan perang meski didalamnya ada saudara Rasulullan SAW dan Ali bin Abhi Thalib tidak di sepakati oleh Rasulullah dan para shabat Rasulullah, termasuk Abu Bakar. Hingga kemudian, pendapat Umar-lah yang paling benar diisyaratkan lewat Q.S. Al Anfal ayat 28. Masih banyak lagi kisah-kisah Beliau yang membuat Allah menurunkan firman-Nya sebagai pembenaran-pembenaran pendapatnya. Seperti tentang Hijab (Q.S. Al Ahzab : 53), hingga larangan mensholati orang munafik (Q.S. At-Taubah ayat 84).

Bagi saya sosok Umar adalah sosok berani, rendah hati, dan sangat dalam pemahamannya tentang Al Qur’an dan as sunnah. Keterbukaan jiwanya untuk di pimpin oleh orang semuda Usamah bin Zaid yang baru berusia 20 tahun, bahkan di perintahkan untuk menuju Madinah guna mendiskusikan perihal perang menuju syam oleh khalifah Abu Bakar saat itu, merupakan gambaran betapa kebesaran hati para hamba Allah yang cintanya kepada-Nya melebihi dunia dan seisinya, melewati smua rasa suka dan tak suka. Bagi Beliau, seorang pemimpin, seberapa muda dan kurang pengalaman-pun tetaplah pemimpin yang patut ia ikuti perintahnya. Juga tentang keberaniannya dalam mempertahankan argumennya kepada Abu bakar untuk memecat Khalid bin walid yang berbuat “ulah” (karena kesalah pahaman) dengan membunuh Malik Bin Nuwairah dan kemudian menikahi istrinya yang terkenal sangat cantik di jazirah Arab. Membaca kisah ini saya teringat dengan tulisan Salim A. Fillah tentang “Orang-orang besar yang merepotkan”.

Kumpulan hikmah kisah Umar bin Khathab adalah gambaran dan cerminan kepada kita. Bahwa yang paling kita utamakan terlebih dahulu adalam PEMAHAMAN yang konkrit tentang TAUHID kepada Allah. Pemahaman yang utuh serta disertai dengan amal-amalan yang nyata. PEMAHAMAN yang bahkan bukan hanya sekedar membuat kita BEKERJA, tapi juga PEMAHAMAN yang mampu MENUMBUHKAN KEYAKINAN dan KECINTAAN kita kepada Allah. Pemahaman yang utuh dan komprehensif, bahwa Islam itu agama yang Sempurna, bahwa Allah itu adalah Tuhan satu-satunya yang patut di sembah. Umar bin khathab adalah gambaran betapa orang-orang hebat dalam sejarah Islam tidak terlahir tanpa ada ujian dan pergulatan-pergulatan batin tentang keyakinan yang pernah dipegang oleh mereka. Gambaran betapa KELUASAN ILMU adalah yang paling dahulu sebelum kita BERAMAL. Saya suka malu sama diri sendiri. Rasanya, kalau mengukur-ngukur amalan-pun yang tak ada apa-apanya ini, sepertinya adalah gambaran betapa SEDIKITNYA ILMU tentang kesempurnaan ISLAM yang saya miliki. Umar memberi contoh, bahwa dalam kesempurnaa KEYAKINAN, seseorang itu tidak akan bisa menembusnya selagi ILMU-nya hanya sepotong-sepotong, sepenggal-sepenggal. Ini adalah refeleksi bagi saya. Bahwa ternyata, masih banyak hal yang perlu dibenahi, masih jauh sekali sikap diri untuk sempurna dalam penghambaan. Karena ternyata, ILMU kitapun masih kerdil dan tak seberapa. Sedangkan untuk menuntut kesempurnaan cinta kepada sang khaliq, kita harus memiliki KEYAKINAN yang kokoh dan tak tergoyahkan yang sudah pasti lahir dari PEMAHAMAN yang utuh tentang Allah.

Paling tidak, 2 hari ini, Umar bin khathab RA, mengajari saya banyak hal. Tentang sebuah kesungguhan, keyakinan, kekokohan karakter, dan kekuatan IMAn yang mampu menggerakkan jiwa kita, hingga pada titik bagaimana meletakkan porsi dunia dalam kehidupan kita. Semoga memang, retorika akan berbuah amal. Karena apalah arti tulisan sepanjang ini saya buat jika kita-pun (terutama saya) tidak bisa mengabadikan getaran keteladanan seorang Umar dalam amal-amal kita.

Salam musim semi dari Taipei.

25 April 2011

~ Yusuf Al Bahi ~

NB : Sengaja mencoba mengamalkan apa yang dianjurkan oleh Ali bin Abih thalib “Ikatlah Ilmu dengan menuliskannya..”. Mohon maaf jika amburadur dan ada kesalahan dalam penuturan siroh Umar bin khathab. Mohon koreksinya bagi yang paham dan mengerti.

Iklan

Satu komentar di “2 Hari Bersama Umar (1)

  1. Bismillaah,
    Satu hal terpenting dari tarikh shahabat adalah bagaimana kita mengambil ibrah dari kehidupan generasi terbaik dalam mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
    ‘Afwan gelar Umar bin Al Khaththab adalah Al Faruq,sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Dzakwan, dia berkata,” Aku telah bertanya kepada Aisyah, “ Siapakah yang memanggil Umar dengan nama al-Faruq?”, maka Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam”.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s