Bismillah..
Orang menamakannya cinta yang defenisinya sampai saat ini tak berwujud, tak terjemahkan.
Mungkin karena ia berkaitan dengan rasa, hingga pemahamannya tak lagi bisa dianalogikan dengan apapun, sebab cinta hanya untuk dirasa.
Sayangnya, cinta merebut semua tempat di seluruh bagian hidup seseorang. Yang lemah menjadi kuat, yang sombong menjadi rendah hati, bahkan yang penakut menjadi sang pemberani. Karena cinta, dalam arah positif-maupun negatif, perubahannya selalu akan mengagetkan.
Kalau cinta menjadi begitu penting bagi hidup seseorang, maka segalanya akan direbut olehnya. Bekerja karena cinta, berkarya karena cinta, hingga berlelah-lelah karena cinta.
Namun sayangnya, ketika cinta hanya terpahami sebagai kata benda, ia kemudian menjadi roman picisan yang tak bermakna lagi sia-sia. cinta hanya menjadi rasa yang memabukkan. Setiap helaan nafas adalah cinta, setiap langkah adalah cinta, namun ia begitu melemahkan.
cinta yang terjemahkan dalam kata benda, hanya memberi kebahagiaan rasa tanpa merubah banyak hal, bahkan justru banyak yang melemahkan. Waktu kita terkuras habis dengan cinta, pikiran tersita habis karena cinta, hingga setiap detik yg terlewati hanya ada cinta di dalamnya.
maka haruskah cinta dipersalahkan? sedangkan Allah menciptakannya untuk menyempurnakan kebahagiaan insan yang sering merasa kurang? tentu saja tidak, sebab cinta dijadikan Allah sebagai salah satu anugerah terbaik bagi setiap manusia.
Maka cinta yang benar, adalah cinta yang diterjemahkan kedalam kerja. jika cinta maka karya yg ingin kuberi. jika cinta, maka tak jadi soal rasa ini berbalas atau tidak, kita akan tetap memberi yg terbaik untuknya. mengirimkan do’a terbaik untuk-Nya hingga ia -org yg kita cinta-i- mnjd lebih purna dalam bahagia.
Kita memberi pengorbanan yg terbaik untuknya hingga ia menjadi semakin hebat dimata-Nya. Jika cinta, maka tak ada kata lain selain memberi. kita memberi, maka ia menjadi lambang cinta, cinta yang menyehatkan. Sebab defenisi pasti bagi mereka yang memaknai cinta sebagai kata kerja, adalah MEMBERI. jika kita beri, maka tak pernah ada lagi pertanyaan soal “penerimaan”. Kita tak butuh “penerimaan” untuk menyempurnakan cinta. Karena dengan memberi cinta kita telah sempurna dalam pekerjaannya.
Maka jangan mempersalahkan rasa cinta, jika ia tak berbalas. Cara kalian memaknainya-lah yg perlu dipertanyakan. Jika kalian cinta, maka perjuangkanlah ia untuk kalian miliki, namun jika tak berhasil, maka berilah yg terbaik untuknya. Lakukan dengan penuh kesadaran cinta untuk menjadikannya lebih bahagia. Karena begitulah seharusnya kita menerjemahkan cinta.
Larut dalam cinta, banyak yang melemahkan. Karena kita tak punya modal iman yang kuat untuk menerjemahkannya menjadi kata benda. Untuk itu, hati-hati dengan “hati”, jika ia sudah terjerembab dalam cinta, jangan harap ia mudah untuk disembuhkan. Karena apa? lagi-lagi, karena kita tak cukup cinta kepada-Nya. Jika kita cinta pada Allah, maka akan begitu mudah kita mengalihkan cinta, akan begitu gampangnya kita mengalihkan cinta dari kata benda menuju kata kerja.
Jika kita lebih cinta Allah, maka yang kita harap hanyalah DIA. perasaan cinta pada makhluk-Nya hanyalah sarana mengantarkan kita pada kesempurnaan mencintai-Nya. Jika sebelumnya cinta menjadi lautan rasa tak bernama, maka cinta kepada Allah menjadikan perasaan itu semakin purna dalam sujud penghambaan kita kepada-Nya. kita menjadi tergerak untuk memberi yg terbaik baginya, sebab Allah mengajari kepada kita untuk begitu, tidak dengan yang lain. kita tak perlu lemah hanya karena penolakan, tapi kita menjadi kuat, karena benar-benar menyadari, bahwa mencintai makhluk Allah itu bisa kecewa, namun mencintai Allah itu takkan pernah merana. Karena cinta pada-Nya menyempurna iman, cinta pada-Nya mampu melegakan rasa.
Sekali lagi, hati-hati dengan “hati” karena ketika kita sudah terjebak cinta. Maka kita sulit menghindarinya. Kuncinya hanya satu. Cintailah Allah sebelum kamu mencintai apapun, semoga karena-nya cinta-mu mampu membuat bahagia.
Taipei, 26 November 2011
Terinspirasi dr satu kandungan dalam La Ilaha Illahllah: “Tiada yg patut dicintai selain Allah”.
Taken from: http://twitter.com/#!/yusufalbahi
“… Mereka mencintainya seperti mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman teramat sangat cintanya kepada Allah…” (Al-Baqarah: 165)
sumber gambar: http://www.lulumineuse.com/blog/envoyer-de-l-amour-a-soi-m-aime.html