(Pertemuan Inspiratif – 1) Khoirul Anwar, Dr. Eng., Assistant Professor (part 1)

Bismillah…

Pernah bertemu dengan mereka yang menginspirasi? jikalau bukan dengan orang-orang besar dan hebat, saya percaya setiap kita pernah mengalami sebuah pertemuan dengan orang-orang spesial. Ya.. Spesial!, saya mengatakan mereka spesial karena memberikan kita setumpuk perenungan, atau bahkan menjadikan kualitas hidup kita menjadi jauh lebih matang. Lewat serial tulisan bertema “Pertemuan Inspiratif” ini, saya hendak berbagi dengan kalian semua tentang pengalaman saya bertemu dengan mereka yang sangat memberi arti.

Diserial yg pertama ini, saya ingin berbagi cerita kebersamaan saya kurang lebih 2 hari bersama Dr. Khoirul Anwar. Bagi anda yang belum tahu siapa beliau, coba tengok video beliau di Kick Andy dengan tema “Berjaya di Negeri Orang” di bawah ini:

Dr. Khoirul Anwar adalah lulusan terbaik Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Oktober 2000, dan termasuk dalam 3 besar lulusan terbaik ITB di tahun yang sama. Setelah menempuh studi S1, beliau mendapatkan Panasonic Scholarships (2002-2005) untuk melanjutkan studi master di Nara Institute of Science and Technology (NAIST). Beliau kemudian menyelesaikan PhD nya di tempat yang sama dari tahun 2005 hingga 2008. Beliau sudah banyak memenangi penghargaan baik tingkat Nasional maupun Internasional karena prestasi beliau. Salah satu yang paling gress adalah penghargaan DIASPORA tahun 2012 dalam bidang inovasi). Sejak 2008 hingga sekarang, beliau bekerja sebagai dosen di Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST).

Pertemuan saya dengan beliau terjadi pada bulan Maret 2012, tepatnya pada tanggal 16-18 Maret 2012. Beliau diundang untuk menjadi keynote speaker dalam cluster discussion di Annual Indonesian Scholar Conference in Taiwan (AISCT) ke-3 di Hsincu Taiwan, yang diadakan oleh Forum Mahasiswa Muslim Indonesia Taiwan (FORMMIT). Ketika pertama kali mendengar bahwa Dr. Khoirul Anwar yg akan menjadi keynote speaker, tanpa pikir panjang, saya langsung menawarkan untuk menemani beliau selama di Taiwan. Tentu saja disambut baik oleh panitia. Ditengah kesibukan mereka yg bejibun, tawaran “gratis” untuk menemani keynote speaker adalah hal yg mewah šŸ˜› Jadilah saya akhirnya diutus panitia untuk menemani beliau salam di Taiwan. Berikut adalah beberapa kisah menarik yg sarat hikmah.

Kesan Pertama yang Buruk

Entah karena sudah kebiasaan, saya selalu melakukan kesalahan yang hampir mirip setiap kali mengantarkan beberapa orang ketika mereka di Taiwan. Tidak beda jauh ketika saya menjemput Dr. Khoirul Anwar. Karena tanggal 16 Maret beliau direncanakan mendarat di Taipei Taiwan, saya pun segera mengontak panitia untuk mengecek no. penerbangan beliau. Pikiran saya sederhana saja waktu itu, menjemput beliau di Taiyuan International Airport. Airport yang bisa kami datangi jika menjemput orang maupun kembali ke Tanah Air. Rupanya, karena tidak kontak langsung dengan Dr. Khoirul, saya ternyata salah tempat. Beliau justru turun di Songshan Airport yg berada di tengah kota Taipei. Perjalanan ke Taoyuan memakan waktu 1 jam yang tentu saja lebih jauh dari Songshan yg cukup dekat dengan apartemen saya. Proses penjemputan ini juga diperparah dengan Hp saya yang low bat dan kesalahan informasi. Beliau tiba di Shongsan Airport pada pukul 2 siang. Dan disaat yang bersamaan saya baru tiba di Taiyuan International Airport. Dengan sedikit terburu-buru saya segera mengecek di layar komputer daftar pesawat yang baru mendarat.

NIHIL..

Tidak ada no. penerbangan yang saya cari. Karena bingung, saya menuju meja informasi untuk mengecek. Ternyata merekapun bingung karena tidak ada no. penerbangan tersebut, bahkan terlihat cukup asing dan mereka yakin tidak mendarat disini.

Saya mulai panik, dan menuju pintu keluar. Untungnya saya bertemu dengan seorang petugas bandara yang membantu saya meminjamkan internet untuk mengecek lagi no. penerbangan yang saya maksud. Bisa saja salah.

Saya kebingungan, karena memang no. penerbangan yang saya catat benar adanya. Sayapun bertanya lagi kepada petugas tadi. Dan betapa kagetnya karena ternyata, pesawat yang ditumpangi Dr. Khoirul mendarat di Shongshan. Airport.

“Oh lord… How stupid I am.”

Saya semakin membodoh-bodohi diri saya karena tidak meminta kontak Dr. Khoirul, ditambah dengan perjalanan yg akan saya tempuh Ā bisa jadi menyebabkan keterlambatan hingga 2 jam. Saya mengerti sekali, orang-orang yang telah hidup di negara-negara seperti jepang, Taiwan, korea, atau di Amerika atau Eropa, terlambat 1 menitpun adalah aib. Di lab saya, terlambat 1 menit saja, kita bisa ditiggal. Nah ini? 2 jam?

“Are you kidding me?”

Saya terburu-buru balik lagi ke Taipei, akhirnya saya putuskan untuk menaiki kereta cepat (High Speed Rail). Saya tidak punya pilihan lain, meski harus menguras isi kantong šŸ˜›

Di perjalanan saya sangat gelisah, karena merasa tidak enak sekaligus membodohi diri saya sendiri. Kenapa Hp low bat? kenapa tidak meminta nomor beliau? kenapa tidak detail? semua pertanyaan bodoh itu berulang-ulang kali terlontar di kepala. Disepanjang perjalanan Taiyuan-Taipei, saya terlibat diskusi ringan dengan seorang Prof. di Jepang yg asli Taiwan. Berdikusi ringan dengan beliau membuat saya semakin gelisah, karena mengingat “nasib” Dr. Khoirul Anwar di Shongsan. Berbagai spekulasi muncul di kepala.

“Apa mungkin beliau sudah dijemput yang lain? atau sudah berangkat ke Hsincu?”

Saya semakin panik, ketika tahu bahwa keterlambatan saya sudah hampir dua jam.

Dari HSR yang turun di Taipei Main Station, saya kemudian memakai MRT menuju Shongsan International Airport. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 4 sore. Itu berarti waktu ashar telah tiba. Dengan tergesa, aku mencari sosok Dr. Khoirul yang hanya saya sakisikan di Internet maupun foto beliau. Legaaa rasanya ketika melihat seseorang berkacamata berwajah Indonesia masih disana. Sambil sibuk bersama laptopnya. Pandangan mata kita bertemu sambil saling memberikan sinyal, bahwa kita telah kenal sebelumnya. Dengan tergesa, sayapun menghampiri beliau.

“Maaf Pa.. Saya telat!”

Sapaku! Rasanya tidak ada lagi kata yang tepat mewakili selain kata maaf. Menunggu itu pekerjaan mebosankan. Apalagi menunggu berjam-jam. Dan beliau adalah tamu kami semua.

“Oh ga paapa..” Jawabnya dengan senyum ramah. Kami pun bercakap-cakap sejenak, sembari menghilangkan ketegangan saya karena terlambat. Saya menjelaskan keterlambatan saya kepada beliau, dan ternyata beliau disarankan untuk turun di Shongsan Airport oleh agen tiket karena berada di jantung kota. Saya berulang-ulang kali meminta maaf atas keterlambatan saya. Ditengah percakapan tersebut, saya kemudian kaget mendengar respon beliau.

“Oh ga masalah.. Saya menunggu sambil mengerjakan paper dan berdiskusi dengan Prof. saya di Jepang. jadi tidak sia-sia. Saya bisa mengirimkan beberapa hasil riset saya ke Prof. saya di Jepang.”

JLEB!

Luar biasa, menunggu bagi orang-orang yg menghargai waktu bisa digunakan untuk hal-hal positif. Bisa tilawah, baca buku, baca paper, dan sebagainya. 2 jam adalah waktu yang lama, dan tentu saja bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk hal-hal yang positif. Setidaknya saya bersyukur, bahwa kedatangan beliau kali ini tidak terburu-buru ke berbagai tempat. Saya membayangkan jika terlambat 2 jam ini membuat kacau semua schedule conference, tentu saja ini menjadi hal yang sangat fatal.

Bersambung ke Part 2…

Iklan

Satu komentar di “(Pertemuan Inspiratif – 1) Khoirul Anwar, Dr. Eng., Assistant Professor (part 1)

  1. Ping balik: (Pertemuan Inspiratif – 1) Khoirul Anwar, Dr. Eng., Assistant Professor (part 2) | Menjadi Sederhana Itu Indah...

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s