(Pertemuan Inspiratif – 1) Khoirul Anwar, Dr. Eng., Assistant Professor (part 2)

Cerita sebelumnya ada di sini

Flash Back 3 tahun lalu

“Saya sholat dulu ya pa?” Jawabku setelah beberapa saat berbincang. Saya tentu saja belum sholat ashar karena sedang di perjalanan.

‘Oh silahkan.. Saya tunggu di sini ya..” Sapa beliau, masih dalam keramahan.

Saya kemudian mencari tempat yang “aman” untuk sholat. Di Taiwan, sebagian besar lokasi memang aman, tapi yang “aman” buat sholat belum tentu di semua tempat. Karena terburu-buru, saya memilih sholat di dekat kursi ruang tunggu. Tak lama kemudian, saya kembali menemui Dr. Khoirul untuk bersiap berangkat ke Hsincu.

Sebenarnya, ini pertemuan ke-2 dengan beliau, karena saya pernah menemui beliau di Taipei pada tahun 2010, ketika beliau mengikuti Institute of Electrical and Electronics Engineers Vehicular Technology Conference (IEEE VTC) 2010-Spring, Taipei, Taiwan (16-19/5/2010), beliau berhasil memenangkan penghargaan best paper untuk kategori young scientist. Ketika itu, kami tidak bertemu dalam waktu yang lama, namun sangat berkesan karena saya berkesempatan bermalam bersama beliau di hotel dengan dua kawan saya. Malam itu kami membicarakan banyak hal. Namun ada beberapa hal yang sampai saat ini sangat berkesan bagi saya.

Yang pertama adalah ketika kita memulai pembicaraan tentang pengembangan salah satu organisasi profesi di Taiwan. Di permulaan diskusi kita beliau sudah memastikan lama pembicaraan dan kapan akan berakhir.

“Kita selesai jam 12 ya? biar saya bisa istrahat dan bisa maksimal untuk aktivitas besok.”

Kami tentu saja kaget, karena biasanya jika sedang ngobrol, maka tak kenal waktu. Yang cukup membuat saya heran, adalah tepat ketika jam 12, beliau menghentikan obrolan kita, karena memang saatnya istrahat. Sederhana bukan? jika ada komitmen dengan jadwal maka selesaikan tepat pada waktunya. Tidak usah ditunda, karena akan memberikan efek yang buruk untuk aktivitas selanjutnya.

“Kita terbiasa menunda pekerjaan, atau menghabiskan waktu dengan percuma.”

Tutup beliau dalam diskusi singkat malam itu. Saya tentu berharap bahwa menulis tulisan ini tidak merupakan bagian dan penghabisan waktu saya yang sia-sia. Setidanya saya ingin memberikan pengalaman sarat hikmah bagi pembaca semua. 🙂

Yang kedua, adalah hal sederhana yang sampai sekarang saya catat diam-diam di otak saya. Yaitu tepat ketika beliau mau tidur. Beliau melakukan sholat 2 rakaat dan dilanjutkan dengan tilawah Al-qur’an. Sederhana bukan? tapi coba anda rutinkan tiap hari. Luar biasa efeknya untuk kualitas hidup anda. Saya tidak tahu ini rutinitas beliau atau tidak. Namun pertemuan saya berikutnya dengan beliau di tahun 2012, saya masih saja menyaksikan kebiasaan beliau untuk tilawah.

Dalam perjalanan ke Hsincu

Bagi anda yang belum familiar dengan Taiwan, hsincu adalah kota di bagian utara Taiwan yang dikenal sebagai Windy City, karena cuacanya yg berangin dan sering berubah-ubah. Jarak Taipei dan Hsincu sekitar 52.6 Km, dengan waktu tempuh 1.5 jam jika menggunakan bus biasa. Setidaknya ada beberapa kampus terkenal di sana. Salah satunya adalah National Chiao Tung University, yang foto gerbang depannya bisa anda lihat dibawah ini.

NCTU

(National Chiao Tung University at Hsincu – Taiwan)

Setelah keluar dari bandara, kami langsung menuju MRT untuk bergerak ke TMS. Diskusi ringan kami lakukan selama perjalnan.

“Saya ke Taiwan meningglkan istri yang sudah bukaan 1 mas Ario. Anak ke-4 saya.”

Saya kaget mendengarnya.

“Ini tanggung jawab. Tanggung jawab saya untuk memberikan kontribusi meski sedikit bagi bangsa dan dakwah.”

Tentu saja jika beliau memilih mendampingi istri beliau, AISCT tidak akan bisa mendatangkan pembicara sekaliber beliau.

Kami mendatangkan beliau DENGAN GRATIS. Coba bayangkan, bisakah kita mencari ilmuwan tingkat dunia yang rela datang dengan TANPA DIBAYAR untuk sebuah conference kecil-kecilan, meninggalkan istri yang sudah bukaan 1 menjelang lahiran? mudahkah? saya percaya sekali ini HAL YANG LANGKA. Untuk itulah beliau menjadi sangat istimewa bagi kami para panitia dan pelajar di Taiwan. Beliau cerdas, diakui tingkat dunia, tapi sangat rendah hati dan dengan lapang akan memberikan bantuan jika beliau dibutuhkan.

Saya hanya meresponnya dengan diam. Sepertinya tidak perlu ada kata-kata yang tepat untuk memahami kondisi beliau saat ini.

Disepanjang perjalanan dari Shongshan Airpot ke TMS, saya banyak sharing terkait rencana studi PhD saya. Karena memang, ketika itu sedang bimbang memutuskan withdraw atau cuti. Beliau banyak memberikan masukan dan motivasi.

Jika anda bertemu dengan peneliti hebat seperti beliau, tentu saja pertanyaan yang beliu berikanpun tidak pernah lepas dari dunia akademis.

“Sudah berapa paper yang mas Ario buat?” Tanya beliau. Aku tertegun. Tentu saja ragu mengatakan publikasi saya, sebab levelnya memang beda 😛

Saya tentu saja mendapatkan banyak cerita dari proses beliau menulis, hingga mempublikasikan karya-karyanya. Tentu saja ini yang sangat mahal harganya. Mendapatkan pengalaman berharga dari beliau adalah pengalaman yang tidak bisa kita temukan di tempat lain.

Suhu Taipei yang sedang bergeser dari musim gugur menuju semi kala itu membuat hujan sering sekali menghampiri. Sore itu juga, langit mendung dan hujan rintik-rintik menemani perjalanan kami menuju Hsincu. Aku terus terang menanti percakapan-percakapan lain yang menggunggah. Ini kesempatan langka bukan? Namun ketika baru saja duduk di bangku Bus yang berada di depan. Kulihat beliau menyiapkan laptop dan menghidupkannya. Tebak apa yang beliau lakukan?

Beliau melanjutkan riset! ya..  Riset!

Selama ini, sangat jarang saya temukan rekan-rekan senegara saya yang kalau bepergian keluar kota maka mereka akan melakukan riset di dalam bus. Aku menelan ludah, sambil sesekali berdiskusi ringan dengan beliau terkait cuaca Taiwan dengan Jepang. Tentu saja aku tak mau mengganggu beliau, namun ada satu pertanyaan yang mengganggu pikiranku. Karena tak tahan, akhirnya kutanyakan.

“Bapak ga pusing? biasanya kalau baca di Bus kan pusing pak?” Tanyaku

“Ya kalau pusing, tinggal istrahat sebentar, nanti dilanjutkan lagi.” Jawabnya

Aku terdiam. Sembari mengingat kapan terakhir kari aku membaca atau tilawah di Bus. Biasanya memang saya benar-benar tak tahan untuk melakukan aktivitas seperti ini di Bus. Satu-satunya alat transportasi yang cukup nyaman buat saya untuk membaca adalah Kereta. Itupun tidak tahan lama. Seingatku, perjalanan Taipei-Hualien yang memakan waktu 4 jam, setengahnya pernah kuhabiskan untuk membaca novel Umar bin Khathab. Ya.. NOVEL! bukan tumpukan paper atau mengerjakan riset selama perjalanan.

Lamunanku semakin menjadi-jadi. Tentu saja lamunan yang berisi evaluasi diri. Seberapa banyak waktu yang sudah kuhabiskan di perjalanan? TAK TERHITUNG! Sudah terlalu sering tidur pulas selama perjalanan di Taiwan. Manajemen waktu? ahh.. jangan ditanya, saya memiliki manajemen waktu yang super buruk.

Selama 1.5 jam perjalanan itu, kami kadang-kadang berdiskusi singkat, tapi sebagian besar waktu beliau digunakan untuk riset. Terus terang, aku iri bukan main. Ingin sekali punya kebiasaan hebat seperti beliau. Sebab tanpa kebiasaan diri yang hebat, kita tidak bisa menjadi pribadi yang luar biasa. Tentu saja bukan untuk orang lain. Tapi untuk Allah SWT. Allah mencintai hamba-Nya yang kuat, bukan cuma fisik, tapi fikrinya. Kekuatan ilmu seorang manusia membuat Allah menempatkan posisinya jauh lebih bermartabat dibanding manusia lainnya.

Lalu kita?

Bersambung ke Part 3

Iklan

Satu komentar di “(Pertemuan Inspiratif – 1) Khoirul Anwar, Dr. Eng., Assistant Professor (part 2)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s