Ini adalah bagian dari rangkaian tulisan perjalanan saya ke Seoul – Korea Selatan bertajuk Korea 2013. Rangkuman ceritanya ada disini
Bismillah..
Aku menggosokkan kedua tanganku mencari kehangatan. Ada senyum di bibir yang tiba-tiba merekah sebagai tanda betapa semua lelah perjalanan sejak kemarin terbayar sudah. Angin musim semi dengan suhu 16 derajatnya menghantam tubuhku yang sudah mulai hangat karena telah dilapisi dengan jaket yang lebih tebal. Jaket ungu ini penuh kenangan. Jaket pemberian sahabatku yang sewarna dengan milik istriku. Sejak bulan madu di Malang, melewati musim dingin di Taipei, hingga dinginnya trenggalek telah menjadi saksi kebersamaan kami berdua dengan jaket berwarna ungu ini.
Pandanganku kuarahkan kesekeliling halte Bus. Terlihat beberapa nomor Bus berawalan 60 berada dilokasi ini. Ada 6005, 6013, 6015 hingga 6011 yang menjadi bus tujuanku. Kondisi pemberhentian bus ini masih sepi, mungkin karena bukan jam puncak keberangkatan pesawat sehingga sangat sedikit orang yang berlalu-lalang.
Lokasi halte Bus di Incheon Airport
Sambil menunggu, aku membuka teks presentasi paperku di International Conference on Network and Computing technology (ICNCT) yang akan kuikuti sore nanti. Mulutku mulai komat-kamit kembali, berbicara tanpa pendengar terkait isi presentasi yang akan kuberikan sore ini. Beberapa orang terlihat keheranan melihatku melafalkan beberapa kalimat berbahasa Inggris tanpa ada tujuan yang jelas. Aku mencoba tidak peduli. Mengisi waktu dengan berlatih presentasi tentu lebih baik dibanding hanya duduk sambil terdiam.
Dua pasang anak muda terlihat menuju kearahku. Wajahnya memperlihatkan kalau mereka dari salah satu wilayah di Asia Timur, yang jelas sepertinya bukan dari Korea. Jika anda memperhatikan wajah orang China/Hongkong/Taiwan, Jepang dan Korea, pasti kalian akan menemukan perbedaan. Saya sendiri bingung menjelaskannya J. Mereka sangat heran melihatku bergaya pidato dengan mulut komat-kamit berbahasa Inggris. Posisi duduk mereka yang hanya berjarak 2 meter disamping kananku membuat suaraku cukup terdengar jelas. Bisa jadi mereka bertanya-tanya, “Apa yang dikerjakan orang berkulit hitam ini?” Saya percaya mereka tidak menganggapku gila. Namun ada satu hal yang sangat mungkin mereka pikirkan, yaitu aku berasal dari India. Entah sudah berapa orang yang kutemui, baik di Taiwan maupun selama di Korea, sebagian besar dari mereka selalu menganggapku dari India. Kulit yang sedikit gelap dan dengan bahasa inggris yang cukup “mengecoh” mereka, bisa jadi adalah alasan kenapa banyak yang mengira aku orang India. Atau alasan lainnya karena memang negara Indonesia tidak dikenal (?). Ahhh.. Akupun bingung. Biasanya jika bertemu dengan orang seperti ini, aku langsung tersenyum sambil berkata,
“I am Indonesian, not Indian.”
Salah satu dari mereka kemudian sibuk dengan kameranya. Ini menunjukkan bahwa mereka adalah turis sepertiku.
Setelah 20 menit menunggu, bus 6011 akhirnya tiba.
Perjalanan menggunakan bus dari Incheon menuju Seoul memakan waktu kurang lebih 90 menit atau 1.5 jam. Cukup lama.
Aku mulai mengedarkan pandanganku dari jendela bus mengamati dengan detail setiap bagian dari Incheon tepat ketika mulai menempati salah satu kursi Bus. Bukit-bukit hijau, perumahan-perumahan yang tidak padat jumlahnya, lapangan golf, kemudian jalan-jalan tol yang mulus adalah gambaran perjalananku sebelum memasuki kota Seoul. Sedikit berbeda dengan kondisi dari Taipei menuju Taoyuan yang tidak terlalu rapi, apalagi ketika 2012 lalu, pembangunan MRT masih berlangsung sehingga lokasi-lokasi disekitar perjalanan menuju Taoyuan masih semrawut. Kondisi dari Incheon menuju Seoul ini Hampir mirip dengan Hongkong. Yang jelas, perjalanan ini sangatlah nyaman.
Beberapa kali terdengar suara aba-aba pemberitahuan dalam bahasa Korea dan Inggris terkait perjalanan bus ini. Aku cukup lega karena bisa dipastikan bus ini akan memberitahukan stasiun tujuanku, yaitu Sungkyunkwan University station.
Setelah 45 menitan perjalanan, aku mulai membaca tulisan SEOUL di salah satu arah petunjuk jalan. Ini menunjukkan bus 6011 sudah mulai memasuki Seoul. Kondisi jalanan yang sebelumnya melewati tol dengan pemandangan yang sebagian besar dipenuhi oleh bukit kehijauan bergantian dengan tumpukan rumah, bangunan tinggi, dan padatnya lalu lintas. Beberapa saat ketika memasuki Seoul, world cup stadium yang menjadi tempat pelaksanaan Piala dunia Jepang-Korea Selatan tahun 2002 terlihat dari samping kiri jalan. Aku kemudian kembali tersadar, bahwa negara ini pernah menjadi tuan rumah sebuah even besar yang hanya bisa diadakan oleh negara-negara yang maju dan layak.
Sebelum memasuki wilayah utama kota Seoul, Han river mulai terlihat membelah kota Seoul. Percikan air yang bercahaya bertumbukan dengan matahari menambah keindahan Han River yang dengan indahnya memisahkan dua wilayah di Seoul. Beberapa perusahaan yang mirip seperti perusahaan energi terpotret dikameraku karena mereka memiliki wind turbin besar yang berada didekat tol tempat busku melaju. Karena wilayah Seoul yg terpisah oleh Han river, maka Jembatan-jembatan megah menjadi salah satu model infrastruktur paling mencolok selama perjalananku dari Incheon menuju Seoul. Jembatannya bukan hanya sekedar panjang, kokoh dan cukup lebar, tapi secara arsitektural, didesain dengan sangat indah. Aku membayangkan jika melewati lokasi ini di malam hari, pasti akan dihadiahi pemandangan menakjubkan dari keajaiban konstruksi sipil ini.
Salah satu potret jembatan di Seoul
Setelah hampir lebih dari 1 jam perjalanan, pusat kota Seoul yang dekat dengan Seoul Tower mulai terlihat. National Palace Korea Selatan, kemudian statue King Sejong yang sangat besar mulai terlihat dari kaca jendela bus. Banyak sekali turis yang berkunjung ke National Palace yang berdiri megah dan terawat ditengah kemajuan peradaban manusia di era modern saat ini. Bayangkan saja, ada istana dari dinasti Joseon yang berusia ratusan tahun yang lalu beridiri kokoh diantara gedung-gedung pencakar langit, infrastruktur modern, dan lingkungan sosial yang sangat maju pesat dibanding ketika istana ini berdiri pertama kali. Aku membayangkan jika kota-kota tua di Indonesia bisa dirawat sedemikian baiknya, pasti akan menjadi destinasi wisata yang menarik bagi siapapun. Aku pernah mengunjungi kota tua jakarta, beberapa lokasi bersejarah di Yogyakarta, tapi lagi-lagi kita masih kalah dalam menjaga keaslian sejarah untuk bisa berinteraksi penuh harmoni bersama kemajuan peradaban modern yang begitu pesat.
Beberapa stasiun sebelum Sungkyunkwan University, aku menyaksikan beberapa kampus swasta yang cukup besar, seperti Yonsei University. Di bagian depan kampus ini terpampang informasi Fakultas Kedokteran dan RS universitas yang berdiri megah. Sangat menakjubkan. Aku selalu menyukai kunjunganku ke universitas-universitas penting disebuah negara, sayangnya aku tidak bisa berkunjung ke Seoul National University yang merupakan salah satu kampus terbaik di Korea Selatan. Setelah melewati 2-3 stasiun dari Yonsei University, sebuah pengumuman terdengar ditelingaku yang intinya memberitahukan bahwa kami sedang menuju Sungkyunkwan University station. Aku sempat mengkonfirmasi ke Sopir bus karena khawatir kelewatan,
“Sungkyunkwan?” Tanyaku
“No..” Jawabnya singkat
Aku kembali ke tempat duduk dengan wajah bingung karena meyakini pendengaranku tidak salah. Untungnya aku bisa bertanya kepada seorang perempuan korea yang berusia 30-an tahun yang kutemui sejak dari halte bus di bandara tadi. Aku sempat memintanya mengambil foto disana. Bahasa Inggrisnya sangat bagus. Aku sempat berkenalan singkat dengannya tepat ketika bus kami mulai berangkat dari Incheon.
“Is this Sungkyunkwan University Station?” Tanyaku padanya. Dia terlihat berpikir sejenak memahami pertanyaanku, kemudian singkat menjawab.
“No.. You do not need to stop here.” Jawabnya.
“Oh thank you..” Balasku singkat.
Siang hari di Seoul
Benar saja, 2 stasiun setelah stasiun tadi, aku kemudian mendengar lagi pemberitahuan tentang tibanya bus kami di Sungkyunkwan University station. Kali ini lebih jelas dan membuatku yakin. Aku kemudian bersiap-siap turun dengan mengambil dua tasku yang kuletakkan ditempat tas dan barang-barang bawaan penumpang. Sama halnya dengan Hongkong, Seoul juga memiliki Bus yang memudahkan kita meletakkan barang-barang bawaan kita.
Pintu buspun terbuka, aku menuju kepintu keluar sambil mengucapkan, “Gamshahamida” sebagai ucapan terimakasihku. Aku tidak perlu membayar sebesar 10.000 won karena sudah kulakukan diawal sebelum bus ini kunaiki. Dua turis China perempuan juga terlihat turun bersamaku, mereka kemudian sibuk mencari informasi lokasi hotel mereka dari orang lokal korea yang berada di dekat halte. Aku sendiri hanya mengedarkan pandangan ke seberang jalan dan memastikan ada tulisan “McDonald”. Benar dugaanku, diseberang kiri jalan, ada McDonald yang jalan kecil disampingnya harus kususri menuju hostel. 5 menit dari lokasi halte tadi, aku kemudian menemukan lokasi hostelku. Dengan lega, aku memasuki ruang hostel yang dipenuhi dengan pernak-pernik dari berbagai negara sebagai tanda bahwa hostel ini pernah ditempati oleh banyak turis. Ruang resepsionisnya tersambung langsung dengan ruang santai juga dapur. Aku kemudian mengurusi urusan administrasi kemudian segera menuju kamar dan beristrahat. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Aku bisa beristrahat 1 jam sebelum berangkat menuju tempat conference.
Bersambung
Salam kenal mas, saya danu d surabaya, hobby badminton n bercita2 smg bs belajar d negeri orang, ini hp saya 081331263898,bukuny saya tunggu 😀