Bismillah…
Aku masih terdiam dalam kecamuk pikiran yang menggelayut sejak tadi. Sawah-sawah hijau yang berhamburan indah bersama sinaran mentari senja memberikan warna pemandangan yang menakjubkan disampingku. Aku masih duduk terdiam, menikmati nasyid-nasyid indah yang mengantarkanku pada lamunan menggetarkan yang sudah sejak lama tidak kurasakan. Memori indah dalam kereta cepat yang mengantarkanku dari Tainan menuju Chiayi, juga Taipei menuju Kaohsiung lamat-lamat hadir dikepala. Ini dejavu! Sesuatu yang sama pernah kurasakan.
“Kalau bukan kita siapa lagi?”
Aku masih termenung mengingat kalimat ini yang baru saja kuucapkan beberapa jam sebelumnya. Wajah-wajah mahasiswa-mahasiswa calon dokter yang penuh antusias itu mendesak isi kepalaku. Aku melihat mereka dalam perasaan cinta yang luar biasa. Aku punya mimpi yang begitu besar untuk mereka. Baca lebih lanjut