Mempertanyakan Mimpi

Bismillah…

Aku masih terdiam dalam kecamuk pikiran yang menggelayut sejak tadi. Sawah-sawah hijau yang berhamburan indah bersama sinaran mentari senja memberikan warna pemandangan yang menakjubkan disampingku. Aku masih duduk terdiam, menikmati nasyid-nasyid indah yang mengantarkanku pada lamunan menggetarkan yang sudah sejak lama tidak kurasakan. Memori indah dalam kereta cepat yang mengantarkanku dari Tainan menuju Chiayi, juga Taipei menuju Kaohsiung lamat-lamat hadir dikepala. Ini dejavu! Sesuatu yang sama pernah kurasakan.

“Kalau bukan kita siapa lagi?”

Aku masih termenung mengingat kalimat ini yang baru saja kuucapkan beberapa jam sebelumnya. Wajah-wajah mahasiswa-mahasiswa calon dokter yang penuh antusias itu mendesak isi kepalaku. Aku melihat mereka dalam perasaan cinta yang luar biasa. Aku punya mimpi yang begitu besar untuk mereka.

“Heyy Kalian! Bangkitlah… Bangsa ini menanti tangan-tangan kalian agar mampu bangkit. Kalian tidak boleh menjadi seseorang yang biasa, kalian harus menjadi yang luar biasa.”

senja

Ingin kubisiki mereka dengan kata-kata ini sembari mendo’akan yang terbaik untuk mereka. Aku terpekur, dalam pertanyaan-pertanyaanku tentang mimpiku dan mimpi tentang mereka.

Aku punya banyak sekali mimpi, punya banyak sekali cita-cita. Namun sore itu, aku harus mengakui kesalahanku. Selama ini, semua mimpi-mimpi besar itu hanyalah untuk diriku sendiri. Aku ingin sukses, memberi bukti kepada diriku bahwa kesuksesan adalah kebahagiaan yang harus kukejar, memberi tanda kepada jiwaku bahwa seseorang sepertiku juga bisa menjadi yang terbaik bagi diri dan keluarga.

Hanya itu! berhenti sampai disitu.

Tidak ada lagi pertanyaan lain tentang:

“Kenapa aku harus punya mimpi besar? untuk apa?”

Aku merasa cukup dengan bekerja sebaik-baiknya mengejar citaku, merasa tenang karena selama ini aku “baik-baik” saja. Namun aku salah besar. Ya… Aku salah besar.

Jika cita-cita dan upaya menaklukan dunia kulakukan untuk membuat diri dan keluargaku bahagia, lalu dimana kuletakkan Allah? setelah mereka? atau jangan-jangan tidak pernah terlintas sama sekali dalam benakku;

“Benarkah semua mimpi, cita-cita, juga keinginan ini karena Allah? Benarkah mereka tertuliskan karena aku ingin mempurnakan perasaan paling bahagia di  dalam diri yaitu mencintai Allah? Benarkah?”

Aku jelas terdiam dan tak bisa berkata banyak selain beristighfar. Karena permulaan awal dari semua aktivitasku selama ini salah. Ya, aku harus jujur berkata aku salah!

Selama ini (mungkin) saja terpendam rasa sombong dan keinginan untuk mengkultuskan eksistensi diri bagi dunia. I want to show to the people how great I am..

Aku mungkin pernah merasai itu, bahkan bisa jadi berkali-kali.

Allahumma.. Aku berlindung atas setiap kelalaian niat dan keterpurukan jiwa karena tak berjalan atas nama-Mu.

Jiwaku masih basah dengan pertanyaan-pertanyaan ini. Laju kereta yang membawaku dari Surakarta menuju Surabaya semakin kencang, seiring dengan azan maghribh yang sayup-sayup mulai kudengar.

Aku berteriak keras untuk menegur jiwaku.

“Jika bukan Allah, lalu untuk apa semua mimpimu? untuk apa kamu berlelah-lelah mengejarnya?”

Aku masih tergugu tanpa air mata. Aku menangis, menangis sejadi-jadinya, menangis dalam perenungan terdalam karena bisa jadi selama ini, mimpiku hanyalah untukku bukan untuk Allah. Mimpiku hanya untuk duniaku, bukan untuk jihad di jalan-Nya.

Malam dan senja mulai beradu. Langit yang memerah, pelan-pelan telah berganti pekat. Aku mencatatkan lagi sebuah pelajaran hidup paling berharga yang pernah kudapatkan.

“Tidaak! Semuanya tidak bisa karena diri, keluarga dan duniaku. Tapi untuk Allah.. Hanya karena-Nya dan jihad di jalan-Nya. Jika semuanya untuk Allah, maka mimpimu harus semakin hebat, cita-citamu harus menembus angkasa. Agar aku tak menyia-nyiakan semua potensi yang sudah Allah berikan kepadaku. Agar aku mempunyai jawaban terbaik kepada Allah tentang seberapa tinggi tingkat kesyukuranku.”

Surabaya, 25 September 2013

Sumber gambar

Iklan

8 komentar di “Mempertanyakan Mimpi

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s