Journey to PhD (2) -Mencari Beasiswa S3-

Bismillah..

Ini adalah rangkuman cerita bertajuk “Journey to PhD”. Semua tulisan dalam tema ini akan mengangkat kisah studi saya hingga memperoleh gelar PhD -Insya Allah-

Cerita sebelumnya di sini mengulas dengan jelas tentang rencana saya bersama keluarga untuk melanjutkan studi S3. Beberapa saat setelah menuliskan kisah sebelumnya, saya dengan gencar mencari semua informasi terkait kampus di UK. Dari sinilah semua rencana mulai berubah. Awalnya, saya benar-benar ingin melanjutkan PhD di University of Cambridge. Namun karena background research saya yang tidak sesuai dengan beberapa Profesor di sana meskipun ada beberapa tema riset yang menurutku menarik, akhirnya membuatku mencari kampus lain di UK. Pilihanku berakhir di University of Edinburgh. Saya bahkan sudah aktif berdiskusi dengan Prof. Yong Lu yang saya ekspektasikan untuk menjadi supervisor saya selama di Edinburgh. Namun apa mau dikata, kendala bahasa alias sertifikat TOEFL/IELTS menjadi pintu berubahnya pemikiran saya terkait dengan aplikasi S3.

Karena budget keluarga kami yang masih fokus untuk penyelesaian pembelian rumah, saya harus memutar otak untuk bisa tetap mengajukan aplikasi beasiswa S3 meskipun bermodal sertifikat TOEFL dari institusi yang murah meriah. Bayangkan saja, untuk test Internet Based TOEFL (IBT) yang merupakan sertifikat bahasa yang diakui oleh kampus-kampus secara internasional, saya harus menguras kantong 175 USD. Ini masih untung dibanding IELTS yang mencapai 2.8 Juta rupiah. Belum lagi jika nilai IBT/IELTS saya tidak mencukupi, uang yang sudah terlanjur terbayarkan bisa ludes dan menguap entah kemana 🙂

“Orang lain mungkin dengan mudah mendapatkannnya. Tapi tidak buat saya.”

Swiss

Kalimat ini mungkin menjadi mitos yang menarik untuk diri saya sendiri. Beberapa rekan saya begitu mulusnya mendapatkan nilai Score TOEFL/IELTS yang OK sedangkan saya masih terbentur dengan banyak kendala. Bahkan terakhir kali mengikuti TOEFL Like Test di awal Oktober kemarin, nilai saya jeblok, hanya 537, turun dari 560. Bayangkan, nilai TOEFL saya turun sejak pulang dari Taiwan 😀 Saya memang menyalahkan situasi di kelas yang penuh dengan orang yang batuk. Namun ini jelas menandakan bahwa saya harus berusaha keras menaikkan skor TOEFL.

Setelah gagal mendapatkan nilai score TOEFL yang pas, saya kemudian berencana akan test lagi dalam waktu dekat, karena masih yakin bisa mendapat skor yang jauh lebih baik. Akan tetapi, rencana mulai berubah. Aplikasi saya ke Edinburgh terhenti, dan tiba-tiba saja saya “dibawa” oleh Allah untuk mencari “peluang” yang lain.

Semua berawal ketika saya memulai aplikasi ke ÉCOLE POLYTECHNIQUE FÉDÉRALE DE LAUSANNE (EPFL) – Switzerland. Dari kampus inilah saya mengetahui bahwa ada peluang studi S3 lain selain mengandalkan beasiswa yaitu melalui “Open PhD Position”. Bagi para pemburu beasiswa, hal ini sudah umum diketahui, saya juga sejak dulu mengetahui iklannya dari berbagai milis. Namun saya baru benar-benar sadar bahwa ini bisa jadi jalan lain untuk mendapatkan beasiswa S3 selain mengandalkan beasiswa dari DIKTI dan LPDP seperti cerita sebelumnya. EPFL ini membuka aplikasi untuk studi S3 tanpa perlu mengkhawatirkan soal biaya. Tution fee untuk studi disana adalah GRATIS alias tidak berbayar. Lalu dari mana dana untuk riset di sana? jawabannya adalah dari proyek-proyek riset para profesor.

Saya akhirnya mendaftar di EPFL dan saat ini sedang menunggu 2 surat rekomendasi dari dua referee untuk bisa diproses ke tahap selanjutnya. FYI, proses aplikasi di EPFL akan dilakukan setelah surat rekomendasi ini diterima dan berlangsung sekitar 1 hingga 2 bulan. Setelah kita dipastikan diterima, maka pihak EPFL akan memberikan LoA dan memberikan waktu selama 12 bulan kepada kita untuk mencari supervisor alias pembimbing. Jika kita sudah mendapat kontrak bersama supervisor, maka bisa dipastikan, kita tinggal membawa badan menuju swiss dan mulai berjuang untk riset S3 di sana (tentu setelah dapat Visa dan tiket dong!). FYI lagi, gaji untuk PhD student di EPFL sekitar 3500 CHF per bulan (1 CHF adalah sekitar Rp. 12.000,- jadi kalikan sendiri ya :p) Biaya hidup di Swiss sekitar 1950 CHF per bulan. Ini biaya hidup nyaman. Kalau mau hemat, konon katanya 1000 CHF per bulan pun cukup (estimasi hanya untuk single).

Terus terang, diawalnya saya tertarik karena gajinya yang besar 😛 walau memang riset-riset di EPFL memang superrr kerrreeen! ahhh.. Anda harus mengunjungi sendiri webnya biar bisa membuktikan perkataan saya.

Setelah mengetahui sistem PhD di Swiss, saya kemudian melebarkan “sayap” untuk mencari informasi S3 di ETH-Zurich. ETH Zurich, dalam ranking yang dikeluarkan oleh THES maupun QS memang lebih unggul dari EPFL. Namun keduanya merupakan salah satu kampus berbasis riset terbaik di dunia. Sejajar dengan kampus-kampus besar di UK atau Amerika.

KU Leuven

Dari pencarian PhD position di ETH dan EPFL inilah, saya kemudian menemukan banyak lowongan pekerjaan untuk studi S3. Anda bisa mencari lowongan riset S3 ini dengan tiga cara:

  1. Via google dengan mengetik “PhD position in civil engineering” atau sesuai dengan bidang anda. Anda akan dibawa menuju web-web yang menyediakan informasi terkait dengan LoKer untuk PhD position. Metode ini sangat efektif. Hanya saja, anda perlu dengan sabar mantengin halaman demi halaman untuk mendapatkan PhD position yang pas dengan bidang riset anda.
  2. Melalui web kampus. Di beberapa kampus-kampus di Eropa menyediakan menu “Vacancy” yang biasanya berisi informasi PhD position di semua bidang. Rajin-rajinlah ke web kampus tersebut. Anda bisa menemukan kesempatan untuk mendapatkan dana riset sekolah S3. Saya sendiri dengan sabar “keliling” kampus-kampus besar di Eropa seperti di Belgia, Jerman, Swiss, Denmark, maupun Swedia. Untuk UK, biasanya PhD position hanya dibatasi oleh EU student, sedang untuk non-EU student biasanya ada batasan jumlah beasiswa.
  3. Melalui web grup riset atau profesor. Metode ini bisa anda lakukan dengan mencari informasi terkait vacancy di website grup riset yang sedang anda tuju. Biasanya jika tidak ada menu “Vacancy” maka anda bisa mencarinya melalui menu “News”. Sama seperti metode ke dua, saya juga dengan sabar dan tenang mencari Vacancy di web-web grup riset yang saya tuju. Jangan tanya berapa lama saya menghabiskan waktu di depan komputer, bisa berhari-hari 🙂

Nah, berikut adalah list detail aplikasi S3 saya:

(1) PhD position in the institute for building material of ETH-Zurich

Saya memasukkan lamaran ini pada 9 Oktober 2013. Lamaran ke ETH Zurich semua bermuara ke satu sumber yaitu melalui HRD mereka. Topik riset di PhD Position ini adalah tentang pemodelan material. Pengalaman riset tentang pemodelan material selama S2 membuat saya berani memutuskan untuk mengambil peluang di sini.

Bagaimana peluangnya? jangan ditanya, saya memang nothing to lose alias coba-coba berhadiah, siapa tahu berhasil 😛 saya menyadari, saingan untuk level PhD position ini sangatlah ketat. Tapi saya punya sebuah prinsip:

“Jika Tuhan berkehendak, maka siapapun tidak bisa menolaknya. Begitu juga sebaliknya, jika Tuhan tidak berkehendak, maka sekuat apapun keinginan kita, pasti tidak akan tercapai.” 

Prinsip inilah yang justru membuat saya tidak pernah bosan untuk mencoba. Karena rezeki ada di tangan Allah 🙂 Gak usah khawatir!

(2) PhD position in the Institute of Construction and Infrastructure Management – ETH Zurich

Bidang risetnya adalah tentang Reliability Analysis. Meskipun saya pernah “hanya” mendapatkan nilai 73 di kelas reliability analysis of structure oleh Prof. Cherng, namun saya tetap memberanikan diri memasukkan aplikasi di sini. Alasannya sederhana, karena saya suka dengan riset tentang reliability analysis. Bahkan di awal 2013 ini saya memang getol mempelajari konsep reliability analysis. Beberapa paper terakhir saya terkait probabilistic concept yang merupakan jembatan awal mempelajari reliability analysis.

(3) PhD position in Geomechanics Lab of EPFL

Temanya adalah tentang efek CO2 dari buangan pabrik terhadap kondisi tanah. Saya iseng saja memasukkan aplikasi kesini, karena dari dulu senang dengan dunia geoteknik. Kemudian riset ini erat kaitannya dengan Renewable Energy yang kita semua tahu sedang sangat berkembang pesat. Dimanapun, termasuk Indonesia.

(4) PhD position in Structural Concrete Group – Liege University (Belgia)

Bidang risetnya adalah tentang deep beam yang banyak berfokus dengan experimental work. Saya hanya mencoba membuka peluang-peluang yang tersedia di depan mata, semoga kualifikasi saya layak untuk bergabung dengan grup riset ini. FYI, Liege Univ. berada di ranking 300-350 dunia versi THES, tidak terlalu terkenal memang di kalangan mahasiswa Indonesia 🙂

(5) PhD Position in KTH Stockholm – Swedia

Bidang risetnya tentang numerical modeling dan experimental work untuk bridge engineering alias jembatan. Backgroundku di numerical modeling membuatku berani untuk apply ke sini.

(6) PhD in Structural Mechanics Group of KU Leuven

Ini adalah salah satu posisi PhD yang sangat saya inginkan. Risetnya tentang gabungan uncertainty analysis, NDT test, dan numerical modeling. Sangat kompleks tapi menantang. Grup riset ini memiliki lab yang sangat maju yang sudah membuat beberapa software penting dalam surface wave analysis untuk aplikasi di bidang Teknik Sipil.

Awalnya, deadline memasukkan aplikasi sudah lewat, namun saya mencoba kontak dengan Prof. Geert selaku pimpinan grup riset ini. Rupanya masih dibuka lowongannya. KU Leuven adalah salah satu kampus tertua di Belgia dan termasuk yang cukup unggul dibanding kampus-kampus di negara rendah seperti Belanda dan Luxeomburgh. Jika anda ke web THES dan QS, KU Leuven termasuk dalam jajaran kampus TOP di Eropa.

(7) PhD Position in Engineering Risk Analysis Group of TU Munchen (TUM)

Posisi PhD di sini sangatlah menantang. Kita bisa merasakan menjadi visiting researcher selama 3 bulan di Oxford Univ. Tema risetnya tentang reliability analysis. Sayang sekali, dari sekitar 100 pelamar, SAYA GAGAL untk lolos ke tahap selanjutnya. Kecewa? gak juga. Saya masih bersemangat dan menyadari bahwa mungkin tidak cocok dengan saya. Bisa jadi kan saya malah tidak sanggup menjalaninya? 🙂

(8) PhD position in MaREI group of NUI – Galway, Irlandia

Aplikasi ini baru saja masukkan beberapa jam lalu. Ada 5 PhD Positions yang dibuka, saya memilih tema Structural Health Monitoring (SHM) untuk Marine Renewable Energy Construction. Bidang SHM memang cukup familiar dengan latar belakang risetku.

(9) PhD Position in Tu Delft

Posisi PhD ini tentang Rolling Contact Fatigue Modeling. Membutuhkan kemampuan computational modeling dan experimental works yang OK. Intinya saya nekat aja melamar posisi ini 🙂 Sama seperti PhD position di MaREI, saya baru saja memasukkan aplikasi ke vacancy ini.

Ada satu PhD position lagi yang sedang saya incar, yaitu di TUHH-Jerman. Namun aplikasinya masih saya siapkan.

epfl_photo2

Secara umum, gaji untuk PhD position di atas sekitar 2000 EURO (tax free), kecuali di Swiss mungkin, yang lumayan besar. Gaji ini sangat cukup untuk hidup di Eropa, apalagi untuk lokasi yang biaya hidupnya lumayan murah seperti di Belgia. Mungkin akan sedikit ngirit di beberapa kota besar seperti Munchen. Tapi menurut informasi, angka ini sudah cukup. Lain cerita kalau kalian membawa keluarga. Saya tentu akan membawa keluarga, namun Istri saya juga rencananya akan melamar beasiswa dari pemerintah. Jadi lumayan “meringankan”.

Beberapa dokumen yang perlu disiapkan ketika anda melamar PhD position ini adalah sebagai berikut:

  1. Cover Letter alias motivation letter. Dari proses inilah saya mengetahui bagaimana menulis cover letter untuk sebuah aplikasi beasiswa. Jikalaupun gagal, saya punya pengalman menyusunnya. Setidaknya bertambah ilmu. Prinsip saya, selama kita berusaha, maka tidak ada yang sia-sia.
  2. CV
  3. Kontak Referee alias pemberi rekomendasi
  4. Ijazah dan Transkrip berbahasa inggris
  5. Sertfikat TOEFL (tidak semua memintanya)
  6. List of publications (rata-rata mereka meminta list publikasi kita)
  7. Surat rekomendasi: Syarat ini hanya saya siapkan untuk melamar TUHH – Jerman. Untuk yang lain, mereka hanya membutuhkan kontak referee yang akan langsung mereka hubungi.

Yang paling memudahkan dari PhD position ini adalah prosesnya yang bisa melalui Online. Kita tinggal scan dokumen dan dijadikan satu PDF file, lalu kirimkan ke email profesor maupun HRD kampus yg kita tuju. Selanjutnya tinggal menunggu tahap wawancara dan seleksi lainnya. Satu lagi, di negara seperti Belgia, jenis beasiswa S3 ini akan membuat kita terdaftar sebagai PEKERJA bukan sebagai STUDENT. visa-pun adalah visa pekerja bukan student karena memang kita berstatus sebagai pekerja di kampus.

Well, begitulah sekelumit cerita perjalanan mencari beasiswa S3. Insya Allah tulisan ini akan terus belanjut 🙂

Cheers!

Ario Muhammad

Sumber gambar (1); (2); dan (3)

Iklan

20 komentar di “Journey to PhD (2) -Mencari Beasiswa S3-

    • Betulll! Saya masih wondering kenapa TOEFL bisa ga tinggi2.. hehehe.. bbrp orang menyarankan saya test IBT karena memang speaking lumayan, writing juga lumayan. Kalo di PBT nilai structure and written saya pasti hanya sktr 510-520 :(( Padahal Listening bisa 630. Kalo reading kendalanya pasti di masalah konsentrasi. Saya punya “penyakit” sejak SMA kalau ngerjain soal Pilihan Ganda selalu jeblok, ditambah pas sesi reading konsentrasi saya sudah habiss.. sisa-sisa tenaga ngerjainnya. *jadi curhat 😛

      Mau nyoba IBT nanti 🙂

      Btw, siapin plan lebih dari 5 kalo bisa.. hehehehe..

  1. Sangat menginspirasi. Sy skrg masih S2 di Indonesia, tp suami menyarankan untuk mulai cari untuk S3 yg kalo bs di luar negeri. Karena rezeki yg skrg dtg duluan sebelum berburu S2 ke luar. Di tulisan ini disebutkan dokumen yg diminta diantaranya list of publications. Kalo yg cuma satu atau malah blm punya, apa mereka ttp mengharuskan?
    Terima kasih.. Sukses..!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s