Kenapa Harus Kuliah di Luar Negeri?

Bismillah..

1.     Untuk Apa Sekolah ke Luar Negeri?

a.      Mari luruskan niat

Setiap orang memiliki kecenderungan tertentu untuk menyukai, mengagumi, atau bahkan membersitkan keinginan yang ada di dalam hatinya. Maka pertanyaan tentang niat ini menjadi penting ketika kita berbicara mengenai cita-cita yang kita ingini.

Coba anda hembuskan nafas dalam-dalam, bertanya dalam jiwa kita dengan pikiran yang jernih, lalu meraba hati dan menengok makna dari pertanyaan ini.

“Untuk apa sih sekolah ke luar negeri?”

Pertanyaan ini menjadi sangat penting agar kita mampu mengukur apa tujuan kita sesungguhnya.

Banyak jawaban yang mungkin saja muncul dari benak anda. seperti,

“Ingin menuntut ilmu di negeri yang maju.” Atau “Tentu saja, ingin jalan-jalan dong! Melihat dunia yang berbeda, lingkungan yang berbeda. Tentu akan sangat menantang.”

Ada alasan lain yang mungkin hadir bagi setiap manusia yang ingin memperbaiki kualitas hidupnya.

Swiss

“Memperbaiki karir!

Sekolah di luar negeri, terutama di kampus-kampus terbaik dunia tentu saja akan memberikan saya kesempatan untuk menaikkan jenjang karir saya.”

Anda tentu punya alasan tersendiri kenapa sehingga keinginan bersekolah di luar negeri begitu menggebu karena setiap kita memang dianugerahi kecenderungan untuk memiliki nafsu atau keinginan terhadap dunia.

Lalu apakah benar tujuan dan keinginan-keinginan ini?

Dalam sebuah hadits tentang niat yang merupakan salah satu pokok dalam beramal disebutkan.

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jelas bukan, bahwa niat yang kita miliki adalah “buah” yang akan kita dapatkan nanti. Jika Anda hendak bersekolah ke luar negeri karena menuntut ilmu, maka ilmu yang baik dan bermanfaat akan Anda dapatkan. Tapi jika niatnya untuk jalan-jalan, ingin mendapatkan pujian orang, menjadi lebih terkenal atau sederet keinginan lainnya maka cobalah kita tengok pesan Rasululllah SAW berikut ini:

“Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk mendebat orang yang bodoh atau menandingi para ulama’ atau untuk mencari perhatian manusia, maka Allah akan memasukkannya kedalam api neraka” (HR. Tirmidzi)

tw9

Jelas bukan? Bahwa keinginan untuk menuntut ilmu karena ada kecenderungan untuk mencari perhatian manusia akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Dalam konteks yang berbeda, Ibnu Qayyim pernah memberikan pesan tentang membersihkan jiwa kita dari kecenderungan selain Allah ketika hendak beramal.

“Adapun kesyirikan (penyimpangan) dalam niat dan keinginan (manusia) maka itu (ibaratnya seperti) lautan (luas) yang tidak bertepi dan sangat sedikit orang yang selamat dari penyimpangan tersebut. Maka barangsiapa yang menginginkan dengan amal kebaikannya selain wajah Allah, meniatkan sesuatu selain untuk mendekatkan diri kepada-Nya, atau selain mencari pahala dari-Nya maka sungguh dia telah berbuat syirik dalam niat dan keinginannya. Ikhlas adalah dengan seorang hamba mengikhlaskan untuk Allah (semata) semua ucapan, perbuatan, keinginan dan niatnya”.

cambridge_university

Dengan sangat gamblang Ibnu Qayyim mengingatkan kita semua bahwa perjalanan menyempurnakan niat ibarat melintasi lautan luas yang tiada bertepi. Kita menemukan gelombang, menemukan riak air yang tidak menenangkan, juga tantangan cuaca yang tidak bisa kita prediksikan dan lebih parah lagi, lautan luas ini tidak bertepi sehingga betapa sedikitnya manusia yang selamat dari cobaan menjaga keikhlasan dalam setiap amal perbuatannya.

Sekarang jelas kan bagi Anda? Ketika hendak bersekolah ke lur negeri maka hendaknya kita benarkan niat kita. Kita perbaharui jiwa dan kecenderungan-kecenderungan dunia yang mungkin masih melekat dalam benak kita.

Untuk membantu pembenaran niat ini, akan sedikit saya jabarkan dimensi hakikat penciptaan manusia yang dimuat di dalam Al-Qur’an. Mari kita simak.

Ada dua alasan yang begitu gamblang Allah sebutkan dalam Al-qur’an kenapa manusia itu diciptakan. Yang pertama adalah untuk BERIBADAH kepada-Nya. Hal ini tertulis jelas dalam Q.S. Adz-Dzaariyat ayat 56.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi/beribadah kepada-Ku.”

Dengan jelas Allah telah mengingatkan hakikat penciptaan diri kita sebagai manusia dimuka bumi ini. Penciptaan kita tidak lain bertujuan untuk beribadah kepadanya. Untuk itulah, alasan kita untuk sekolah setinggi-tingginya, alasan kita untuk berkelana menuntut ilmu sejauh-jauhnya seharusnya diniatkan untuk beribadah kepada-Nya. Kita harus menjaga pengharapan kita agar kelak, ketika memulai studi, memulai perjalanan yang jauh untuk menuntut ilmu, maka segalanya merupakan bentuk ibadah kita kepada Allah.

Lalu bagaimana ukurannya ibadah kita sempurna dihadapan Allah?

Setidaknya ada 3 indikasi penting agar kita mampu beribadah atau beramal secara professional. Karena menuntut ilmu konteksnya adalah beramal, maka ada 3 pilar penting untuk menyempurnakan amal kita.

Yang pertama adalah NIAT YANG IKHLAS. Ini jelas sekali. Kita benar-benar harus menjaga kualitas niat kita selama proses menuntut ilmu kita laksanakan. Pastikan bahwa semua waktu yang kita habiskan, energi yang kita curahkan, juga pengorbanan fisik maupun jiwa yang kita lakukan selama perjalanan kita sekolah adalah HANYA KARENA ALLAH. Dimensi yang pertama menjadi titik awal untuk menjaga kualitas semangat kita. Jika mulai lemah, maka ingatlah Allah, ingatlah kembali niat kita, bersihkan kembali keinginan-keinginan yang mulai menodai jiwa kita. Dengan langkah inilah bisa dipastikan kita mampu menjaga kualitas semangat agar selalu barada pada porsi yang kita butuhkan.

Yang kedua adalah BERAMAL DENGAN PROFESIONAL. Jika Allah sudah memberikan kesempatan kepada kita untuk sekolah ke Luar Negeri, maka pastikan kita belajar dengan sungguh-sungguh. Pastikan bahwa kesempatan itu kita gunakan sebaik-baiknya. Gunakan waktu, fasilitas, peluang, dan semua sarana selama kita menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya. Jadilah yang TERDEPAN, jadilah YANG PALING UTAMA, jadilah YANG PALING BERPRESTASI. Karena ini adalah bentuk pertanggungjawaban kita dihadapan Allah untuk mengerjakan amalan ini dengan professional. Kita tidak boleh melewatkan kesempatan menuntut ilmu tanpa kerja-kerja yang maksimal, atau diisi dengan senang-senang belaka, ini bukti bahwa kita lupa menyempurnakan niat dan amal. Jika kesempatan itu sudah kita genggam, maka tuntaskanlah dengan prestasi yang maksimal, break your limit, hancurkan batas kemampuan kita lalu raih prestasi setinggi-tingginya. Ini adalah bentuk amal yang professional juga sebagai media penting untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa seorang muslim adalah pribadi yang pantas menjadi pemimpin dunia, yang bisa memberikan kemanfaatan terbaik bagi ummat manusia.

autumn_road_Picture_214462766jvVafd_fs

Yang terakhir adalah menutup amal perbuatan kita dengan khusnul khotimah atau akhir yang baik. Jika kita sudah membersihkan niat, sudah menyempurnakan amal kita dengan mengerjakan secara professional maka yang terakhir, pastikan perjalanan menuntut ilmu di negeri seberang berakhir dengan indah. Yakinkan bahwa apa yang kita kerjakan memilik “buah-buah” yang indah dan bermanfaat bagi banyak orang. Tetapkanlah karya yang mampu membangun bangsa dan peradaban ummat serta buktikan bahwa akhir perjalanan studi kita berhasil dirangkumkan dengan prestasi yang maksimal.

Inilah tiga dimensi penyempurnaan amal kita. Jika kita hendak melangkahkan kaki kita ke negeri orang untuk menuntut ilmu, maka ingatlah ketiga hal ini. Jika melemah semangat, maka ingatlah bahwa amal yang sempurna dihadapan Allah harus disertai dengan amal yang professional dan berkualitas, tidak bisa kita raih hanya dengan bermalas-malasan.

taiwan

Nah..! jika tadi saya baru menjelaskan 1 hakikat penciptaan manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah, maka ada alasan kedua kenapa Allah menghadirkan kita di dunia. Ini termaktub dalam Q.S. Albaqarah ayat 30.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Alasan kedua ini adalah untuk menjadikan kita sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Manusia diciptakan di muka bumi sebagai pengelola semua sumber daya yang telah Allah ciptakan. Kita diharapkan untuk menjadi pemimpin semua makhluk agar bisa membawa kemanfaatan bagi alam semesta. Lalu apa hubungannya dengan niat kita untuk sekolah ke luar negeri?

Dalam konteks ini, saya berpendapat bahwa seharusnya kita menjadikan titik tolak studi di luar negeri sebagai bentuk kita untuk menjadi pemimpin dalam bidang yang kita tekuni. Waktu yang kita habiskan untuk menuntut ilmu di luar negeri atau dimanapun kita berada seharusnya menjadi momen yang hebat untuk melatih diri kita menjadi orang-orang yang leading dalam bidang yang kita geluti. Tentu saja bukan sekedar agar kita terkenal, tapi lebih dari itu, kita mampu menunjukkan kepada dunia, bahwa kita mampu menjadi pemimpin dengan menunjukkan kualitas karya kita yang tentu saja bermanfaat bagi banyak orang.

Untuk itulah, sekolah di Luar Negeri terasa sangat istimewa karena kita bisa berkolaborasi dengan peneliti dan professor terbaik di dunia. Kita tidak bisa memungkiri bahwa sebagian besar kiblat ilmu pengetahuan bukanlah di negeri kita. Belajar di tanah Eropa, Amerika, Asia Timur, India, maupun Australia yang memiliki kampus-kampus berbasis riset yang kuat tentu memberikan kesempatan yang besar bagi kita untuk menguatkan tradisi keilmuan. Sebuah peluang yang sempurna untuk menjadikan diri kita menjadi salah satu khalifah atau pemimpin dalam bidang yang akan kita geluti.

Jelas bukan? Jika Anda ditakdirkan oleh Allah memiliki kesempatan untuk beramal dengan sempurna, maka pastikanlah itu adalah ibadah yang benar agar kelak kita bisa menjadi seorang khalifah dimuka bumi ini, pemimpin atas profesi yang kita jalani, menjadi seorang yang unggul dalam bidang yang kita tekuni. Jika semua aktivitas kita selama studi kita pulangkan hanya karena Allah, saya sangat percaya, motivasi yang menggebu takkan pernah sirna.

Iklan

5 komentar di “Kenapa Harus Kuliah di Luar Negeri?

  1. Semoga bukunya dapat segera terbit mas, supaya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Hampir satu tahun yang lalu saya mencoba mendaftar kuliah program doktor di Taiwan, akan tetapi karena beasiswanya belum cair, ya akhirnya saya tangguhkan dahulu. Sampai sekarang ini belum mencoba lagi. Mungkin ada triknya mas, supaya bisa lolos beasiswanya? makasih..salam

  2. Ping balik: (Q&A Beasiswa) Bagaimana Mencari Beasiswa S3? | Menjadi Sederhana Itu Indah...

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s