Bismillah…
Aku tak bisa pindah,
Pindah ke lain hati
Sungguh tak ada yang sempurna di dunia ini. Semua kesempurnaan fisik telah direnggut habis oleh Nabi Yusuf as, juga Aisyah ra. Tak ada yang bisa membandingkan keindahan laku seorang Muhammad bin Abdullah, juga Khadijah sang permata jiwa manusia mulia. Namun bersamamu, sempurna itu terasa. Memelukmu erat adalah perasaan terindah tak tergambarkan yang dicemburui malaikat pencatat pahala. Aku benar-benar tak bisa pindah. Tak bisa pindah kelain hati.
Terwujud keinginan,
Yang tak pernah terwujud
Bersamamu, segala yang tak pernah terjadi mengemuka satu persatu. Merangkai kata dalam bahasa-bahasa tak terdefenisi, menjalin asa dalam mimpi-mimpi pasti, juga menegaskan makna dalam kerja-kerja menggetarkan yang penuh arti. Menggandeng tanganmu adalah pelecut semangat tak terperi. Membuatku benar-benar tak bisa pindah. Tak bisa pindah ke lain hati.
Begitu lelah sudah, kuharus menepi
Biduk telah ditambatkan berlabuh di pantaimu
Bersandar dalam pelukmu adalah luapan pasrah tak terkira. Pesan tak berbahasa tentang lelah yang begitu luar biasa. Lelah menantimu, lelah mendoakan pertemuan denganmu, juga lelah atas gemuruh dada yang bergejolak di dalam jiwa. Menambatkan perasaan kepadamu adalah akumulasi kepedihan diam-diam tak tertahankan yang hanya dipahami aku dan Tuhanku. Merenggut habis cintamu adalah capaian paling membahagiakan yang takkan pernah bisa ditukar, takkan pernah bisa pindah. Apalagi pindah kelain hati.
Tergambar paras wajahmu,
Sendiri
Dan beginilah aku. Seperti tak ada habis-habisnya menampung perasaan membuncah tentangmu. Beginilah aku, seperti orang bodoh yang dimabuk perasaan terindah yang tak terjabarkan. Beginilah aku, manusia tak sempurna yang menemukan paras wajahmu ditiap waktuku. Beginilah aku, yang benar-benar tak bisa pindah, tak bisa pindah ke lain hati.
Surabaya, 30 April 2014.