Bismillah…
Ada dua kejadian yang selalu membuat jiwa saya terasa sesak karena buramnya masa lalu.
Yang pertama adalah ketika saya sedang membaca, apapun kisahnya, kemudian topik bacaan tersebut menyinggung masalah broken home. Di awal masa kuliah S1 dulu, saya bisa tiba-tiba gemetaran, menangis, dan bahkan tidak bisa bergerak sama sekali karena kisah masa lalu saya yang buram tiba-tiba hadir seketika.
Ternyata, kejadian yang kelam di masa lalu tidak akan pernah bisa hilang dari memori seseorang. Saya menulis ini dengan lega setelah kejadian-kejadian itu sudah berlalu hampir 10 tahun lamanya. Tapi sungguh, rasa sakit, rasa kesal, rasa sedih masih sangat membekas di dada.
Saya masih terus mengingat, jiwa yang gemetar, mata yang basah, dan sujud-sujud di ujung malam dengan doa penuh keharuan saya sampaikan kepada Allah. Saya mencoba bertahan dalam sujud, menenun kerapuhan jiwa dalam langkah yang tertatih. Tidak ada panutan, tidak ada arah, namun saya tahu Allah menjagaku.
Saya masih terus mengingat, malam ketika saya ingin berteriak, ingin memukul, bahkan mungkin ingin meluapkan semua emosi dalam kadar batas yang tak bisa dikendalikan. Tapi tidak, kusimpan erat-erat semua emosi itu, kugenggam keras-keras tanganku yang hampir tak ada rasa karena sesak yang menyeruak di dada. Kupendam rasa marah yang menumpuk-numpuk dengan air muka yang memerah. Saya tahu, rasa inipun mengendap dalam jiwa kakak perempuanku. Kami mengalami hal yang sama. Bertahun-tahun lamanya.
Yang kedua adalah perasaan bahagia dan mungkin bisa dikatakan sebagai rasa iri yang muncul di dalam jiwa. Yaitu ketika saya melihat sebuah keluarga yang bahagia. Rasanya semua kenangan masa lalu kembali menampar-nampar ingatanku. Aku tak ingin membuat kesalahan yang sama, saya benar-benar tak mau menjadikan kubangan kekelaman jiwa dan getar-getar rasa karena kelelahan terjadi lagi dalam masa depanku.
Pada akhirnya, saya percaya, setiap kejadian yang tidak mampu membunuhmu, selalu akan membuatmu lebih hebat dari sebelumnya.
Dan hari ini, entah sudah berapa tahun lamanya semua kejadian itu berlalu, namun aku tetap bersyukur karena menjadi seperti sekarang. Saya yang tak punya pegangan, saat ini masih bernafas lega karena keteguhanku akan kebenaran. Saya percaya, Allah yang mengatur semuanya, Allah yang mendesain semuanya.
Allah,
Ijinkan aku menjadi ayah yang baik bagi anak-anakku kelak,
Ijinkan aku menjadi suami yang baik bagi Istriku selamanya.
Cukup sudah semua momen di masa lalu menjadi cerita remajaku yang begitu kelam dan sangat menyesakkan. Cukuplah menjadi sejarah yang menguatkanku dan membuatku hingga berada di titik ini.
Cukuplah air mata pengorbanan dan rasa yang terhempas berkali-kali dalam jiwa Ibuku menjadi pengingat yang takkan pernah kulupa sampai kapanpun. Cukuplah semua memori itu menjadi kenangan dalam jiwaku agar aku semakin kuat, semakin kokoh dan tak pernah lelah menjadi Insan terbaik di matamu
Terima kasih atas semuanya, karena masa lalu yang kulewati, adalah alasan kenapa aku bisa seperti ini.
Bristol, 31 Desember 2014
-Suddenly remember all my past memories. 🙂
Menarik ya, bagaimana Allah begitu berkuasa memutar roda takdir. Masa lalu menjadi kenangan, masa depan dalam genggaman Dia.
Yupee 🙂