Journey to PhD (16) – PhD is about doing stupid things

Bismillah…

Ini adalah rangkuman cerita bertajuk Journey to PhD”. Semua tulisan dalam tema ini akan mengangkat kisah studi saya hingga memperoleh gelar PhD -Insya Allah-

Pernahkah Anda merasa sangat bodoh ketika sedang riset atau belajar?

Ya, inilah yang saya alami. Saat sedang melakukan revisi report dan perbaikan coding Digital Elevation Model (DEM) and Bathymetry database seluruh dunia dari 8 sumber data, saya merasa melakukan hal-hal bodoh. Hal ini disebabkan karena buruknya kemampuan programming saya. Alasan lainnya, saya tidak mau dibilang melakukan “stupid works” oleh pembimbing saya. hahaha… Baca lebih lanjut

Iklan

(Cerpen) Beginikah Cinta?

Aku berlari dengan nafas memburu. Otakku seakan berhenti berpikir, dada sesak, penuh, semua sesal dan sedih berkecamuk jadi satu. Kususuri jalanan kampus yang masih sedikit basah karena hujan kemarin malam. Aku benar-benar kalut. Bingung. Pikiranku mulai bergumam sendiri dengan batinku.

“Beginikah jadinya? Beginikah rasanya mengakhirkan harapan?

Beginikah rasanya menghentikan cinta yang sudah terlanjur dalam?.

Aku harus berkata apa? Bertanya pada siapa?”

Jalanan ini tentu saja takkan memberi jawab. Sore menuju senja yang selalu indah ini tentu saja takkan menenangkanku. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain kekalutan yang luar biasa menghinggapi dada.

“Haruskah melepasmu cinta? Melepas segala rasa yang tumbuh subur merekah hingga kini dan entah kapan berakhirnya?

Haruskah ku bunga jauh-jauh penggal harap yang entah kenapa masih membuatku sesak ketika kutahu aku tak bisa memilikimu cinta?

Haruskah aku membalikkan semua waktu agar perasaan ini tidak pernah ada di dalam diri? Atau setidaknya..

Ahh.. Allah.. mungkinkan kau ijinkan aku mengembalikan kekosongan jiwa agar yang terisi hanya KAMU? Hanya KAMU ya Rabb.. Hanya KAMU.. hanya KAMU yang kucinta. Mungkinkah ya Rabb?”

Dadaku semakin sesak. Air mata lagi-lagi dengan tak sopannya keluar tanpa pernah mau kuperintahkan. Aku laki-laki, dan kini aku menangis.

“Aku benci dengan perasaan ini. Benci dengan keadaan ini.

Aku sadar aku harus bangkit. Tak boleh lemah hanya karena kehilangan kesempatan merealisasikan harapku.

Aku tak boleh kalah, hanya karena imaji yang sedari dulu kubangun akhirnya pergi dan menghilang tanpa bekas. Aku benci dengan semua perasaan yang telah porak-poranda ini. Aku harus bangkit. Tak boleh seperti ini.”

Kukuat-kuatkan hatiku agar tetap seperti dulu. Tenang dan segar. Namun percuma. Setiap larian kecilku mengelilingi kampus hijau ini, membuatku semakin tergugu. Pikiranku tak bisa untuk kuhentikan dalam mengingat sang permata jiwa. Semua kenangan seperti tergambar jelas dibenakku. Kenangan tentangnya semua menyeruak tanpa tahu betapa aku sakit ketika mulai mengingatnya. Baca lebih lanjut

Journey to PhD (15) – 90 Hari Melakukan Deep Works/Habits

Bismillah…

Ini adalah rangkuman cerita bertajuk Journey to PhD”. Semua tulisan dalam tema ini akan mengangkat kisah studi saya hingga memperoleh gelar PhD -Insya Allah-

Yang mengikuti tulisan saya di sini tentang manajemen waktu pasti bisa mengkorelasikan tulisan saya hari ini dengan judul yang saya tuliskan di atas.

Ya, hari ini tepat hari ke 90 saya membangun kebiasaan baru yang saya sebut sebagai Deep Works and Deep Habits. Sudah memasuki bulan ke-3 dan begitu banyak yang sudah saya rasakan. Berikut adalah beberapa kejadian menarik selama menjalani deep works dan habits ini:

Notes

Contoh records saya di Stickynote Baca lebih lanjut

Jangan Takut Menikah Muda

Bismillah…

Ada satu hal yang saya pikir penting untuk direnungi anak muda, terutama laki-laki, yaitu pentingnya perencaan yang matang soal PERNIKAHAN. Saya bersaksi bahwa begitu banyak kemuliaan yang akan Anda dapatkan setelah menikah, bukan hanya saya seorang yang merasakannya tapi begitu banyak rekan-rekan saya di luar sana yang telah membuktikannya. Merasakan dalamnya makna Ath-thalaq ayat 2-3 bahkan Al-Anfal ayat 29, ya ketika menikah. Ketika semua urusan dimudahkan oleh Allah ketika kita telah memberanikan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan menikah.

Hanya saja, ternyata banyak juga yang masih menunda-nunda dan mencari alasan untuk tidak menyegerakan.

Apakah kita rela mata ini terus bermaksiat, mudah untuk tidak menahan pandang, pikiran yang dibuat sering melayang setiap hari, serta membirarkan jiwa kita ternoda karena dosa?

Sudah bukan rela rupanya, tapi sudah terbiasa. Ketika dengan santainya memuji kecantikan wanita, memandangnya dalam dan lekat-lekat, bermaksiat bersamanya ketika jalan berdua, bergandengan tangan, saling merindu meski hanya lewat pesan singkat. Begitu banyak kemaksiatan yang terlewati lalu kita atas namakan “Kan masih muda.. santai sajalah..” untuk semua perkara ini?

DSC_0305-2

Baca lebih lanjut