Ini adalah rangkuman cerita bertajuk “Journey to PhD”. Semua tulisan dalam tema ini akan mengangkat kisah studi saya hingga memperoleh gelar PhD -Insya Allah-
Bismillah..
Saya melihat catatan yang rutin di rekam terkait perjalanan saya membangun deep habits/works dalam hidup saya sebagai mahasiswa PhD. Saat ini saya memasuki hari ke 160. Catatan rekaman harian sudah saya pindahkan dari sticky note ke google drive (sheets). Semua list riset yang telah saya kerjakan terekam dengan jelas.
World database untuk DEM dan bathymetry dari 13 sumber data sudah hampir selesai. Masih ada revisi dan revisi yang harus saya selesaikan sampe akhir bulan depan. Menulis hampir 25rb kata untuk report Global DEM and Bathymetry Database ini memang pekerjaan yang tidak mudah. Kodingan MATLAB saya tinggal 1 stage lagi yang perlu diperbaiki sebelum meluncurkan version 1 dari global DEM and bathymetry database. Karena akan dipakai banyak orang, maka penyelesaian report ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
Berkali-kali revisi dari segi grammatical error, British spelling, ketajaman analisis, hingga pengembangan konten yang harus mendekati sempurna. Saya bersyukur memiliki supervisor yang selalu mengoreksi dengan detail buku panduan ini. Setiap kali revisi, kesalahan nyaris disetiap kalimat. Entah grammatical error, font tulisan, hingga ejaan yang tidak tepat. Meski sudah saya baca berkali-kali, sampai I am kind of getting sick with it, tetap saja belum sempurna.
caption revisi dari spv
Proses panjang ini, yang kata Istri saya “mungkin kalau umi di posisi abi sudah kurus kering” menyadarkan saya beberapa hal:
- I have a very bad quality of academic writing. Bukan masalah grammatical error yang krusial, tapi menulis dengan rasa akademik sangatlah susah menyamai level supervisor saya yang asli Jepang. Mungkin akan lebih parah lagi jika dari Inggris. Selama di Taiwan dulu, rasanya sangat confidence dengan kemampuan bahasa saya, termasuk writing. Namun tidak di sini. Level confidence saya menurun drastis. Saya bahkan pernah “dimarahi” di ruangan karena kualitas report yang acak adut. Ya, waktu itu memang saya sudah sangat exhausted ngoding beribu line selama 1.5 bulan dan harus menuliskan report yang luar biasa banyaknya (in total 80rb kata).
- Ketajaman analisis yang masih lemah. Lagi dan lagi, 3 bulan ini saya menyadari betapa analisis saya dalam mempresentasikan hasil riset masih sangat lemah. Argumen-argumen yang dibangun, penjelasan-penjelasan ilmiah yang mendukung masih terasa belum sekuat paper-paper yang bagus. I have to learn this.
- Tidak mudah menyerah. Mungkin ini salah satu hal positif yang saya rasakan ketika menyelesaikan global DEM and Bathymetry database. I am starting this work with less experience of programming, but after 3 months working on it, I am amazed with my current skill of coding. Yeaah! awalnya saya tidak yakin bisa menyelesaikan database ini, namun setiap hari, berkat deep habit dan deep works yang saya lakukan, progress demi progress terasa sangat signifikan. Di akhir revisi ke-3, saya mendapatkan respon yang sangat positif yang kembali membakar semangat saya. Dan saat ini sudah 2 kali membantu menyelesaikan tugas MATLAB mahasiswa S1 dan S2, untuk mata kuliah sejenis statitiska dan computational modelling. I am happy helping them.
- Pentingnya manajemen waktu yang baik. Ini adalah hal yang sangat menentukan kesuksesan seseorang. Saya baru tahu jika supervisor saya melakukan ritme yang hampir sama dengan saya. Working 8 hours per day, have enough sleep and exercise as well as time with his family.
Memasuki Maret dan April ini ada 4 target penting yang harus saya lakukan, yaitu menyelesaikan gridding tsunami simulation dataset (DEM and bathymetry) untuk daerah pesisir sumatra, mendapatkan hasil tsunami simulation, presentasi ke pembimbing ke-2, dan mempresentasikan hasil riset dalam workshop dua mingguan grup riset kami.
Stay calm and work smart!
Jia you!
Ping balik: 2015 in review | Menjadi Sederhana Itu Indah…