Journey to PhD (19) – Bedanya PhD student dan Supervisornya

Ini adalah rangkuman cerita bertajuk Journey to PhD”. Semua tulisan dalam tema ini akan mengangkat kisah studi saya hingga memperoleh gelar PhD -Insya Allah-

Bismillah…

Sejak awal April, saya mulai menjalankan misi utama riset tahun pertama. TSUNAMI SIMULATION. Simulasi yang akan saya lakukan berdasarkan salah satu metode simulasi yang sudah mahsyur digunakan yaitu milik Prof. Goto (Tohoku University). Codingan yang mereka miliki dalam bentuk fortran di compile dengan MATLAB oleh supervisor saya untuk mengembangkan metode simulasi tsunami yang lebih baik dari sebelumnya. Metode yang beliau kembangkan baru diuji di Tohoku Earthquake tahun 2011 kemarin. Saya ngotot untuk melakukan simulasi tsunami dan gempa yang kemudian akan menghasilkan integrasi model resiko yaitu multi-hazard risk analysis di Sumatra meskipun sebenarnya banyak daerah lain yang bisa dipilih.

Jadilah misi tahun pertama saya adalah tsunami simulation and its risk analysis. Sumatra menjadi daerah ke-2 yang digunakan sebagai lokasi uji coba metode beliau. Seperti yang sudah lumrah diketahui, masalah kita adalah di DATA. Maka mulai dari November 2014, dengan segala kebodohan, ketidaktahuan, dan keluguan saya tentang data bathymetry (kedalaman laut) dan elevasi, saya akhirnya mengumpulkan semua informasi dua data penting ini dari berbagai sumber. Rencana awal yang hanya fokus ke daerah Sumatra, tiba-tiba berbelok menjadi seluruh dunia. Ini ide spontan supervisor saya. Untungnya saya tidak diminta melakukan studi tsunami simulation diberbagai tempat (yang memang kelihatan rada stupid kalau beneran saya lakukan), tetapi membuat database elevasi dan bathymetry dari berbagai sumber data (total ada 9). Pekerjaan ini berakhir Maret kemarin dengan beberapa tugas yang belum selesai yaitu revisi coding, dan report yang grammatical errornya minta ampun tak terhitung 😀 Setelah melewati assessment ke-4 dari supervisor, saya akhirnya bisa move on ke pekerjaan utama saya, yaitu tsunami simulation. Mulailah data-data yang saya butuhkan dikumpulkan satu persatu hingga awal April kemarin saya mulai mengerjakan simulasi.

Dimulai dari awal memahami codingan MATLAB supervisor saya yang kereeeennnya minta ampun 😀 ada 2000 lines yang selalu saya cek jika terjadi error dari settingan dataset. Proses ini menambah skill MATLAB saya lebih yahud dari sebelumnya. Proses persiapan dan penyesuaian berbagai error karena perpindahan lokasi dari Tohoku ke Sumatra berlangsung dengan baik. Di hari ke-10 saya sudah berhasil melakukan running simulasi yang membuat lega tiada terkira.

blog

Namun ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Simulasi saya tidak pernah berhenti meskipun sudah saya running selama 2-3 hari. Ini tentu berbeda dengan pengalaman supervisor saya yang hanya membutuhkan waktu 2 jam (sebanding dengan lama waktu terjadinya tsunami yang hendak disimulasi). Saya mulai gelisah karena belum juga menemukan solusi bagaimana agar simulasi ini berhenti.

Membandingkan codingan hasil modifikasi untuk daerah Sumatra dan Jepang saya lakukan berkali-kali dan sangat hati-hati. HASILNYA TETAPP NIHILLL…

Saya melakukannya berkali-kali hingga hari ke-23 . Mengubah data setup, menyesuaikan semua file yang dibutuhkan sama persis dengan kasus TOHOKU, namun tetap saja tidak ada kemajuan berarti. Mencoba berbagai cara hingga menolak beberapa request teman-teman Indonesia yang sedang mengerjakan tugas dengan MATLABnya. Saya belum bisa move on sebelum simulasi saya sesuai harapan.

Di hari ke-22, setelah mencoba cara yang saya pikir paling logis, simulasi saya masih tetap tidak berhenti. Dengan melepaskan semua gengsi, saya akhirnya meminta tolong sang guru supervisor yang baik hati dan banyak grant-nya. hehehe…

Kernapa gengsi? saya harus akui, saya setipe dengan seorang officemate saya dari China. A brilliant guy who take his PhD at the age of 22 and now preparing his marriage ceremony in June. Kami sama-sama GAK MAU KELIHATAN BEGO. Beneran gengsi jika kelihatan bego dihadapan supervisor. Kami tidak mau dibilang cupu gara-gara tidak bisa menyelesaikan masalah sepele. We want to perform really good in the front of our supervisors. Tapi seperti yang sudah kami duga, we ruin our life. hahahahaha…

Dengan sedikit nervous saya meminta tolong supervisor saya untuk menengok kodingan saya. Beliau meresponnya secepat kilat. Komunikasi kami selalu by email. Setelah menunda mendatangi ruangan saya kemarin sore, tepat pukul 12 siang hari ini, supervisor saya datang ke ruangan saya. Meminta saya menjalankan simulasi saya kembali lalu berbipikir sejenak setelah saya jelaskan bahwa simulasi saya berjalan tanpa henti.

“What is your end time?” Beliau dengan serius berpikir settingan waktu saya mungkin salah. Saya kemudian menggerakkan krusor dan menjelaskan setinggan waktu sy di line ke 192.

“Oooh… change your DT to 1. Do not use 1.3” Jawab beliau sambil melihat 2 line di atas kodingan saya. Beliau masih berdiri disamping saya yang sedang mengotak-atik simulasi. Time step saya perlu diganti dari 1.3 detik ke 1 detik. Saya masih belum yakin ini solusinya. Tapi saya menuruti permintaannya.

Simulasi tsunami ini kemudian disetting hanya berlangsung 5 menit agar cepat. Karena hanya trial.

Tidak disangka. Beberapa menit kemudian simulasi saya berhenti.

Saya bengong melihat keterangan waktu yang keluar pertanda simulasi saya berhasil. Antara percaya dan gak percaya, wajah saya sumringah.

“So.. It’s done, isn’t it? FORTRAN tsunami code can not read your 1.3 seconds time step. I guess it only reads the value in the factor of 1 or 2” Beliau kemudian dengan ringkas menjelaskan kesalahan saya.

Masih terkaget-kaget, saya mengucapkan terima kasih lalu beliau memohon pamit dan kembali ke ruangannya.

Ohh mann!

Saya mengecek berhari-hari namun tidak berhasil, namun ternyata permasalahannya hanya sesederhana ini 😀

Akhirnya saya beneran kena batunya, I look soooo stupid in the front of him! hahahaha.. My wife, who is good on programming, was ngakak dengerin cerita saya. 😀

Ini karena saya sudah lama tidak mrograming menggunakan FORTRAN semenjak semester 2 di S1 dulu. Alasan saja saudara-saudara! *smile*

But yeah!, akhirnya saya berhasil menjalankan simulasi saya. Itu berarti saya bisa move on ke stage berikutnya. Saya sudah bernazar untuk membantu rekan saya mengerjakan tugas MATLABnya jika ini kelar. Itu berarti, saatnya menolong makhluk-makhluk lain yang lagi desperate dengan MATLAB. hehehe..

Queen’s Building, University of Bristol,

23 April 2014. 

Iklan

2 komentar di “Journey to PhD (19) – Bedanya PhD student dan Supervisornya

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s