Antara Kyoto dan Osaka

Bismillah…

Laju Hankyu train membawaku ke arah selatan menuju Osaka. Kyoto berkabut dengan tanah-tanahnya yang basah. Aku menerawang memandang setiap waktu yang kuhabiskan di sini. Tentang kerja kerasku, tentang karya-karyaku, tentang kemalasanku, tentang kelalaianku, tentang bahagia, dan semua memori yang mengendap indah dalam perjalanan panjangku ke Jepang.

Kyoto menjadi bius tak terelakkan dalam perjalanan studi S3-ku. Aku tidak pernah bermimpi sebelumnya bahwa kegagalanku mendapatkan berbagai grant untuk conference di berbagai negara, juga kekalahan telak ketika wawancara PhD di TU Delft akan tergantikan dengan  pertemuan orang-orang hebat yang memberikan harapan besar bagi masa depanku.

Aku tak pernah berpikir akan bertemu dengan orang sehebat Katsu. Meski dengan segala sikap perfeksionisnya, aku tetaplah menjadi salah satu manusia paling beruntung karena diberikan kesempatan yang begitu besar untuk belajar, berpetualang, dan membuka peluang-peluang yang sangat mungkin merubah drastis hidupku.

KODAK Digital Still Camera

Aku juga takkan pernah bisa melupakan jasa belahan jiwaku. Atas kesabarannya, atas kerelaannya, atas kebaikannya, atas pengertiannya yang tak bertepi kepadaku. Merelakan kepergianku berbulan-bulan mengejar cita, tumbuh bersama buah hatiku yang harus tanpa kehadiran ayahnya, juga memberikan do’a do’a tak terhingga yang tak pernah habis bagiku. Rasanya aku beruntung berkali-kali lipat karena memilikinya dalam hidupku.

Entah kapan lagi aku akan menginjakkan Kyoto. Namun terselip sebuah doa di dalam jiwa. Agar kelak, ketika langit Kyoto menyapaku, aku telah siap dengan segala kematangan intelektualitasku. Aku telah siap membentangkan kontribusi atas nama bangsa bersama orang-orang hebat di negeri matahari ini. Aku telah mampu menjadi insan yang lebih mandiri dalam berpendapat, memiliki bargaining position untuk menawarkan banyak hal bagi perubahan dunia.

Ahh.. Ini mungkin mimpi yang muluk. Namun aku selalu yakin, bahwa kata demi kata yang kutulis dalam perjalanan menuju Osaka ini suatu hari akan menjadi kenyataan.

Karena apa? Karena Aku punya Allah, aku punya Rasul-Nya, aku punya iman, aku punya belahan jiwa yang siap menemaniku disepanjang waktu. Aku memiliki semua kesempatan dan sarana untuk menjadikan semua ini menjadi nyata.

Kyoto, suatu saat aku akan datang menengokmu, dengan kondisi yang jauh lebih baik dari titik ini.

4 Juli 2015

Kyoto-Osaka, 4.05pm di dalam Hankyu Train.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s