Bismillah…
Suara-suara alam dalam warna senja yang indah, membisikkan bait-bait rindu pada sang kekasih. Mengenangnya dalam cinta yang menggenang, menjiwainya dalam rasa yang tenang. Aku memikirkannya. Melamunkan senyumannya, mengimajikan kehadirannya. Beginilah cinta, candunya memabukkan, rasanya begitu menggetarkan.
Namanya tersebut laksana penawar dahaga berkepanjangan. Sentuhannya adalah tangan malaikat yang menyembuhkan. Bahagianya adalah bahagia semua rasa yang pernah ada. Kehadirannya adalah warna-warna puisi di langit musim semi Kyoto yang indah. Aku menyadari, rasa cintaku telah begitu jauh untuknya.
Terowongan demi terowongan yang kutembus, juga jalan-jalan panjang diantara Asia dan Eropa seperti merayuku tentang mereka. Tentang betapa berartinya mereka dalam hidupku. Betapa tak ingin kugantikan mereka dengan apapun sebab rasa sayang terlalu dalam buat mereka.
Bandara demi bandara, kota demi kota, juga kereta demi kereta seperti menghabiskan semua energi tentang rinduku padamu. Wajahmu membayang perjalananku, tawamu mengisi senyum juga tangisku. Selamanya, tetaplah kau yang kumau.
Musim demi musim, benua demi benua, hingga semerbak harum wajah purnama selalu menceritakan tentangmu. Jiwaku penuh olehmu, penuh dengan rindu kepadamu.
Maka tunggulah sayang…
Tunggulah waktu ketika kita dikumpulkan bersama di bumi Eropa. Wangi semerbak tubuhmu yang kurindu, juga tawa canda buah cinta kita yang menggemaskan akan menemani hari-hariku yang penuh mimpi dan cita.
Selalu ada cinta untukmu.. Selalu ada rindu untukmu..
Tak peduli dimanapun aku.
Kansai Airport-gate 28. Sesaat sebelum Boarding menuju Dubai,
14 Mei 2016