Bismillah…
Ini adalah rangkuman cerita bertajuk “Journey to PhD”. Semua tulisan dalam tema ini akan mengangkat kisah studi saya hingga memperoleh gelar PhD -Insya Allah-
Pukul 10.30 pagi, disambut dengan hantaman angin dan dinginnya musim gugur, saya bergegas menuju gedung Merchant Venture Buildings (MVB), University of Bristol (UoB) untuk menunaikan salah satu tugas pelengkap saya sebagai asisten dosen di kelas computational math, school of math, UoB yaitu UJIAN. Saya disambut oleh Sarah, PIC dari School of Math untuk ujian kali ini. Disampingnya berdiri Luca, seorang PhD student tahun ke-3 yang berasal dari Croatia. Kami lalu saling bersapa hangat sambil memperhatikan sekeliling ruangan berlangsungnya ujian.
Tahap Persiapan
Seorang penjaga ujian disebut sebagai Invigilator di UK. Sebelum melaksanakan tugasnya, seorang Invigilator akan mengikuti pelatihan. Jadi seperti pelatihan mengawasi ujian. hehehe… Awalnya saya cukup surprise melihat keseriusan penanganan ujian di sini. Namun saya akhirnya menyadari, mereka memandangn ujian bagi mahasiswa di sini adalah salah satu proses yang penting bagi mereka, untuk itu ditangani dan dikelola dengan baik.
Pada masa-masa pelatihan invigilator, biasanya kita akan diperkenalkan dengan chief invigilator (kepala pengawas ujian) yang bertugas untuk mengkoordinir beberapa Invigilators selama mengawas proses ujian tertentu. Rate gaji kedua profesi ini juga beda-beda. Di UoB, untuk menjadi invigilator biasa, biasanya ratenya sekitar 9.3 GBP/jam, sedangkan bagi chief invigilator sekitar 14.3 GBP/jam. Beberapa hak dan kewajiban juga dijelaskan dengan detail selama pelatihan berlangsung seperti bagaimana memberikan pengumuman, apa saja kontennya, hingga bagaimana proses mengijinkan mahasiswa yang hendak ke toilet ketika ujian sedang berlangsung. Pelatihan ini wajib bagi yang hendak menjadi invigilators.
Di ujian Computational Math kali ini saya dikirimkan SOP yang menjelaskan dengan detail proses ujian berlangsung sepekan sebelumnya, jadi secara umum saya memiliki gambaran yang cukup jelas tentang proses ujian kali ini. Secara umum, 20 menit sebelum ujian berlangsung, sebagai invigilator saya akan mengecek kondisi ruangan dan komputer apakah bisa dipakai dengan baik atau tidak, juga tentu saja meletakkan kertas ujian dimasing-masing meja.
Proses Ujian
Umumnya, peserta akan diperintahkan memasuki ruangan 10 menit sebelum ujian berlangsung. Mereka diminta mengisi detail nama dan nomor mahasiswa di halaman depan kertas ujian. Sebelum itu, kami, sebagai invigilators, sudah mengumumkan untuk tidak membuka kertas ujian sebelum waktu ujian yang tepat dilaksanakan. Jadilah ketika masa 10 menit ini satu persatu dari mereka hanya sibuk mempersiapkan alat tulis, log in ke account di komputer mereka, dan membuka MATLAB. Setelah itu mereka hanya memandang kertas ujian tanpa membukanya. Sejauh pengamatan saya, gak ada yang curang. Karena memang budaya cheating ini memang sangat memalukan di dunia pendidikan UK. Apalagi di Russel Group university seperti UoB yang termasuk dalam jajaran kampus terbaik di UK. Mahasiswanya tentu menyadari itu.
Mereka akan memulai ujian ketika kami memerintahkan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Secara umum, tipe mahasiswa S1 di UoB masih di atas rata-rata. Tapi gambarannya hampir mirip dengan persebaran bell curve untuk poisson distribution dimana selalu ada to 5-10% student yang brilliant, average student, dan tentu saja 5-10% yang tidak bisa mengerjakannya dengan baik. Hanya saja, pengecualian untuk school of math UoB, 5-10% top studentnya adalah mereka yang menyelesaikan ujian ini hanya dalam waktu 40 menit. Sisanya, sebagian besar menyelesaikan tepat waktu (50 menit), atau hanya miss 30% dari total mark. Saya mengetahuinya karena mereka melakukannya secara online dan via codingan MATLAB sehingga bisa terbaca siapa saja yang berhasil menyelesaikan codingannya dan siapa saja yang belum berhasil di nomor-nomor tertentu.
Wajar saja jika performance mereka termasuk diatas rata-rata. Setelah saya cek, syarat lulus school of Math adalah nilainya harus triple A dan dua diantaranya adalah A* (seperti A+ jika di Indonesia) untuk mata pelajaran Matematika, dan/atau Fisika, Kimia dan Biologi [1]. Saya juga akhirnya menyadari bahwa banyak sekali mahasiswa UK yang menyukai ilmu-ilmu murni seperti Matematika, Fisika, atau Biologi murni. Banyak mahasiswa di kelas Computational Math ini berasal dari UK jika saya bandingkan dengan computing 1 class di department of Civil Engineering yang saya ampu tahun ini. Dan jangan ditanya performa mereka, rasanya sebagai asisten dosen, saya tidak banyak melakukan apa-apa karena sebagian besar mereka bisa menyelesaikan tugas computational math di MATLAB dengan baik.
Ada beberapa catatan penting sebagai invigilator ketika mengawasi proses ujian.
Pertama: rutin inspeksi. Kami diarahkan untuk terus melakukan inspeksi agar memastikan tidak ada kecurangan selama berlangsung. Sang mahasiswa akan mendapatkan sanksi yang berat jika ketahuan cheating.
Kedua: jika ada yang ke kamar mandi, maka kami akan menemaninya hingga di depan pintu toilet dan memastikan tidak dalam waktu yang lama hingga memungkinkan mereka melakukan kecurangan.
Ketiga: jika Anda memiliki kendala fisik (disability atau sakit) atau psikis, maka Anda bisa meminta ujian secara mandiri. Artinya anda hanya akan ujian sendiri. Saya pernah mengawasi ujian yang isinya cuma satu orang. Bukan karena dia sakit, tapi kata dia karena dia nervous dan tidak suka dengan suasana group exam. Jika Anda mempunyai disabilitas, maka pihak kampus susah menyediakan orang yang siap membantu. Baik itu sebagai pencatat, pembaca soal, dan sejenisnya. Bayangkan betapa nyamannya ujian di sini.
Keempat: Disetiap kertas SOP yang diberikan kepada invigilators, sudah tertera nomor PIC untuk menangani soal-soal ujian yang keliru. Nomor ini biasanya adalah nomor para PIC staff ujian atau dosen yang bersangkutan. Terkadang dosen yang mengampu mata kuliahpun terjun langsung mengawasi ujian. Jika ada kesalahan soal, maka mereka langsung mengambil tindakan.
Kelima: biarpun sebagian besar student performance mereka memang outstanding, namun tetap saja ada yang nervous sampai tangannya gemetaran, bingung mau ngapain, sampai lupa memperhatikan info penting di kertas ujian. Ada diantara mereka yang akhirnya panik dan lupa mengumpulkan kertas ujian atau lupa mengirimkan email jawaban ke dosen pengampu seperti diinstruksikan di dalam kertas ujian. Biasanya saya selalu memperingati mereka untuk tidak tegang dan tetap tenang.
Keenam: Mahasiswa DILARANG keluar sebelum jam ujian selesai. Saya tidak tahu dengan kelas lain, namun beberapa kali melakukan invigilating, mahasiswa yang sudah selesai harus tetap duduk dikursinya. Mungkin untuk menjaga kenyamanan dan tentu saja tidak mengintimidasi teman seangkatannya.
Demikian cerita ujian mahasiswa S1 dari negeri yang memiliki kampus-kampus terbaik di dunia.
[1] http://www.bristol.ac.uk/study/undergraduate/2017/maths/bsc-maths/
kalau di indonesia studentnya persebarannya model apa mas ? ngeri sekali ya MATLAB-an berlisensi pastinya itu mas ya