Bismillah…
Tulisan ini adalah bagin dari Self Management Project yang saya dedikasikan untuk membahas masalah manajemen diri. List artikelnya bisa di lihat di sini.
Bagi penggemar Linkin Park di era 2000-an, kemarin mungkin menjadi hari yang menyedikhkan bagi mereka. Chester Bennington, vokalis group rock ini ditemukan meninggal dikediamannya karena gantung diri. Saya tidak perlu menjabarkan betapa fenomenalnya keberhasilan recording indie music rock group ini di zamannya, karena banyak orang sudah tahu. Namun cerita tragis dibalik bunuh dirinyalah yang ingin saya tuliskan.
Dalam rilis berita kematian Mr. Bennington oleh BBC [1], alasan kenapa sehingga ia bunuh diri karena putus asa dengan hidupnya sendiri. Sudah bertahun-tahun dia berjuang untuk terlepas dari jerat minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang. Keputusan mengakhiri hidupnya sendiri karena terinspirasi dari seorang vokalis band rock Amerika yang lain, Audioslave, yaitu Chris Cornell yang terlebih dahulu mengakhiri hidupnya beberapa bulan lalu.
“You have inspired me in ways you could never have known… I can’t imagine a world without you in it.”
Penggalan kalimat diatas adalah gambaran betapa seorang Chris Cornell begitu berarti dalam hidupnya.
David Brooks membuka halaman pertama buku The Road to Character [2] dengan mengutip teori Rabbi joseph Soleveit tentang karakter bawaan setiap manusia. Soleveit menyebutnya sebagai Adam I dan Adam II. Adam I adalah gambaran karakter manusia yang ingin sukses hidupnya. Ini adalah karakter luar manusia yang cenderung untuk melakukan hal-hal spektakuler agar ia dikenal dan berada pada status sosial yang tinggi. Berseberangan dengan Adam I, Adam II adalah karakter intenal yang berkaitan dengan kualitas moral seseorang. Entah itu keinginannya untuk berbuat lebih banyak bagi manusia, mengorbankan kepentingannya, hingga berjuang dengan sungguh-sungguh bagi orang lain tanpa mengharap balasan apapun. Karakter pertama sangat bersifat ekonomis: saya memberi, maka sayapun menerima. Sedangkan karakter kedua sebaliknya: saya hanya memberi, tanpa “menerima”.
Dalam 20-30 tahun tearakhi, karakter manusia cenderung terfokus pada Adam I. Kita seakan diajak untuk memiliki karakter self-centred yang lebih masif lewat buku bacaan, tontonan, hingga seminar-seminar pengembangan diri dimanapun. Kata-kata semacam: “You are special. You can do anything.”, adalah hal yang sering kita dengar untuk meningkat kepercayaan diri kita. Ini bukan hanya asumsi, setidaknya beberapa hasil riset menunjukkan bahwa tingkat narsis umat manusia, terutama yang berusia remaja hingga dewasa (15-40 tahun) terus meningkat hingga 80-90% dalam 20 tahun terakhir [3-5]. Manusia kemudian cenderung lupa dengan tujuan hidup yang sebenarnya. Tekanan dari masyarakat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, hingga usaha keras menuju kesuksesan lebih ia pedulikan daripada menengok karakter Adam II yang mulai hilang. Tanpa kita sadari, waktu keseharian kita lebih banyak habis tentang mencari makna keberhasilan dibanding mengkonfrontasikan dengan jiwa kita tentang dosa dan kesalahan yang telah memporak-poranda “moral” kita.
Kata Brooks:
“The beginning of worth-while living is thus the confrontation with ourselves.”
“Character is built against their own weekness”
Cara paling awal memiliki hidup yang lebih meaningful adalah dengan banyak mengoreksi kesalahan-kesalahan internal kita. Ini berkaitan dengan karakter Adam II yang saya tulis di atas. Seringnya kita “mengeluti” dosa kita, maka dengan mudah pula kita akan mampu menumbuhkan karakter Adam II yang kemudian mampu memimpin sisi Adam I yang sudah terlebih dahulu mendominasi hidup kita.
Buku The Road to Character ini seperti tazkiyatun nafs versi umum. Ini cocok dibaca oleh siapapun yang percaya atau tidak mempercayai tuhan. Tulisan Brook yang dikupas dari berbagai kejadian nyata dan hasil riset ini sekaligus menunjukkan bahwa memiliki MEANINGFUL LIFE itu HARUS agar tidak kehilangan arah seperti sang vokalis Linkin Park atau Audioslave. Lebih dari itu, ini menunjukkan bahwa setiap manusia terlahir dalam fitrahnya untuk berbuat baik bagi sesama. Karena asal mula kehidupan yang berarti adalah kehidupan yang bermanfaat bagi banyak orang.
Jauh sebelum Brooks menulis The Road to Character yang kemudian menjadi The New York Times number one best seller. Baginda Nabi kita tercinta sudah mengingatkan, bahwa manusia yang terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain [6]. Bahkan berbeda dengan konsep Adam I dan Adam II Soloveitchik, konsep Adam II dalam Islam justru begitu indah. Karena Adam II bagi seorang muslim adalah bukan tentang give and then get nothing, tapi justru sebaliknya: give and then earn something, m memberikan bantuan kepada orang lain, berarti kita menolong diri kita sendiri [7]. Bukan hanya di dunia, tapi juga kehidupan akhirat yang setiap muslim percaya akan kedatangannya [8].
Jika Brooks mengajarkan kita untuk setiap hari melakukan konfrontasi atas dosa dan kesalahan kita, maka konsep tazkiyatun nafs dalam islam jauh lebih komprehensive. Muhasabah hanyalah awal dari tangga proses menyucikan diri kita.
Selamat berkonfrontasi dengan kesalahan anda. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya!
[1] http://www.bbc.co.uk/news/world-us-canada-40676530
[2] David Brooks. 2015. The Road to character, Penguin Random House UK
[3] David Frum, How we got Here: The 70’s, the Decade That Brought You Modern life (For Better or Worse). Basic Books, 2000. 103
[4] Jean M. Twenge and W. Keith Campbell, The Narcissism Epidemic: Living in the Age of Entitlement (Simon & Shuster, 2009), 13.
[5] “How Young People View Their Lives, Future and Politics: A Potrait of “Generation Next.”. The Pew Research Centre for the People and The Press (January 9, 2007).
[6] “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).
[7] “Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7)
[8] “Barang siapa yang memudah kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).
sumber gambar dari sini