TIPS PARENTING: Pentingnya membuat aturan di rumah

Bismillah…

Tulisan ini adalah bagin dari Self Management Project yang saya dedikasikan untuk membahas masalah manajemen diri. List artikelnya bisa di lihat di sini.

Kemarin, karena masih mendalami isi buku HOW CHILDREN SUCCEED-nya Paul Tough, saya kemudian menonton beberapa episode SUPERNANNY UK yang sudah lama sekali tidak saya ikuti. Ada dua episode yang saya tonton, pertama episode keluarga Cook dengan 3 anak perempuannya dan keluarga Porter dari Somerset, UK. Dua episode ini punya masalah yang unik. Keluarga Cook memiliki anak perempuan tertua bernama Megan. Dia liar, tak terkontrol, kasar, tidak respect sama ayah-ibunya (terutama Ibunya) dan bertemperamen tinggi. Sebagai yang tertua (7 tahun), Megan “sukses” menurunkan karakter liar ini kepada ke dua adiknya. Perjalanan mereka ke sekolah, adalah episode paling liar bagi keluarga kecil ini. Megan akan memukul dengan kasar adiknya jika dia merasa tergannggu, hingga memaki Ibunya dengan kata-kata Kasar.

Lain cerita dengan keluarga Cook, di Episode keluarga Porter ceritanya sedikit berbeda, Madison adalah anak berusia 9 tahun, kakak dari Ron (7 tahun) yang akan melakukan tantrum tanpa henti seperti toddler dan punya princess-syndrome Karena semua hal harus dilayani. Sang nanny kemudian melakukan observasi selama beberapa hari lalu kemudian menemukan masalah-masalah berikut ini di keluarga Cook dan Porter:

(1) PERAN IBU YANG “CACAT”

Denise, Ibu dari Megan adalah sosok yang sangat emosional dan juga kasar. Megan anaknya benar-benar merupakan versi junior sang Ibu. Kata-kata yang keluar dari mulut Megan selalu mirip dengan Denise: kasar dan emosional. Selama proses beradu argumen, Denise begitu meluap emosinya dan hampir tidak pernah mendengar pndapat Megan. Akibatnya, dengan bersuara lebih keras dari Ibunya lah Megan menemukan solusi untuk berkomunikasi. Maka dialog Denise dan Megan ini selalu berakhir dengan adu argumen, saling menampar wajah, memukul, hingga adegan liar lain yang sebagai orang tua kita merasa kasihan menyaksikannya. Denise begitu mudah tersulut emosinya karena dia merasa gagal menjadi Ibu bagi ketiga anaknya. Apalagi melihat tingkah Megan yang begitu tak terkendali. Selain itu, Suminya adalah seorang Polisi, full-time worker yang hanya membantunya melakukan parenting ketika Sore tiba. Beban fisik dan mental ini membuat Denise tumbuh menjadi Ibu yang rapuh, gampang emosi dan tidak mampu melakukan perannya dengan baik.

(DeLiang saat berada di POJOK REFLEKSI)

Baca lebih lanjut

Iklan

Tips parenting: Gak HANYA modal MOTIVASI yang kuat

Bismillah…

Tulisan ini adalah bagin dari Self Management Project yang saya dedikasikan untuk membahas masalah manajemen diri. List artikelnya bisa di lihat di sini.

Adalah reality show Korea Selatan, The Return of Superman, yang saya tonton di tahun 2015 yang mengingatkan saya dengan artikel yang dikupas di buku How Childreen Succeed oleh Paul Tough. Ada 3 anak kembar dari Song Il Guk, seorang aktor terkenal Korea Selatan: Daehan (tertua), Mingguk (tengah), dan Manse (bungsu) yang menjadi alasan kenapa saya menonton acara ini. Bagi saya, cara sang Ayah mendidik ke tiga anak ini bisa kita ambil banyak pelajaran. Salah satu yang paling terekam dalam memori saya adalah ketika dia menguji 3 anaknya untuk melihat will-power dan self-control mereka. Ke tiga anaknya di beri satu potong kecil semangka di atas meja kecil mereka, lalu sang Ayah memberi pesan yang sederhana tapi sebenarnya merupakan cara dia untuk menguji self control mereka:

“Jika kalian tidak memakan semangka ini sampai Ayah kembali, maka Ayah akan memberikan hadiah 2 potong semangka buat kalian yang bisa menunggu.”

Singkat cerita, hanya Manse, si Bungsu yang bertahan hingga Ayahnya datang, sedang dua kakaknya, tidak bisa menunggu dan hanya membutuhkan kurang dari 30 detik untuk melahapnya.

DAehan

Baca lebih lanjut