Bismillah…
Hari ini, 3 tahun 2 bulan sudah perjalanan studi S3 saya terlewati. Banyak orang melihat skenario perjalanan studi S3 saya seperti cerita menarik tanpa kendala, bak dongeng tanpa konflik. Ada juga yang berkesimpulan bahwa saya bisa melewatinya karena otak encer dan mudah menaklukkan kesulitan. Tak banyak yang kemudian belajar bahwa dibalik cerita yang dibilang tanpa kendala ini, tanpa ada konflik yang berarti ini, ada perjuangan dan kerja keras yang tak mudah.
3 tahun 2 bulan ini adalah sebuah perjalanan panjang yang menguras emosi, isi kepala, merontokkan rambut di ubun-ubun, juga hari-hari yang terlewati dengan kerja keras tak henti. Maka saya memberi apresiasi yang sangat besar kepada para pejuang akademik di level ini. PhD adalah proses yang tak mudah –at least bagi saya yang miskin ilmu dan pengalaman-. Ini perjalanan yang hanya bisa dilewati oleh mereka yang panjang nafasnya, mau bertarung dengan revisi demi revisi, kegagalan demi kegagalan riset di laboratorium, hingga hasil analisis yang seringkali tak sesuai harapan.
DeLiang dan PhD Thesis saya
Saya memulai PhD dengan kemampuan bahasa Inggris yang AMAT SANGAT MENYEDIHKAN. IELTS saya hanya 6.0 (overall). Pengalaman mengerjakan master thesis di Taiwan ketika S2 dulu ternyata bukan apa-apa. Karena ketika menginjakkan kaki di negeri Ratu Elizabeth ini, yang saya temukan adalah begitu kacau balaunya kemampuan akademic writing saya.
Tiga tahun yang lalu, draft report pertama saya pernah dibuang ke lantai oleh pembimbing pertama karena POORLY WRITTEN. Dengan kata-kata: “Jangan pernah memberikan lagi laporan seperti ini kepada saya!” dia memarahi saya dihadapan teman-teman lab saya. Saya memandang laporan saya hari itu dengan perasaan campur aduk. Namun berkali-kali saya tegaskan kepada jiwa saya:
“Saya mungkin bukan orang cerdas, apalagi punya kemampuan bahasa Inggris yang bagus, tapi saya akan memperlihatkan betapa pekerja kerasnya saya dibanding mahasiswamu yang lain.”
Enam bulan berjalan, perlahan tapi pasti saya mulai belajar dari kesalahan yang saya lakukan. Analisis yang seadanya, tidak menekuri dasar teori dengan baik, hingga kualitas menulis yang buruk perlahan mulai kutinggalkan. Delapan bulan kemudian, saya berhasil menuntaskan tugas membuat database elevasi daratan dan lautan seluruh dunia menggunakan MATLAB. Saya memang pernah menyentuh MATLAB, tapi untuk memiliki kemampuan yang baik agar bisa menyelesaikan riset S3 saya, saya harus belajar dari NOL. Beberapa pekan kemudian saya berhasil menyelesaikan draft laporan setebal 125 halaman tentang database yang saya buat. Masih banyak salah sana-sini terutama soal kualitas academic writing saya, namun sudah jauh lebih baik dibanding laporan pertama saya. Berkat kerja keras di tahun pertama ini, supervisor mengirimkan saya ke Kyoto University menjadi visiting PhD researcher di Disaster Prevention Research Institute (DPRI), Kyoto University. Kami mendapatkan funding lewat International Strategic Fund (£2,500) dari University of Bristol.
Perjalanan ini membawa semangat tersendiri bagi saya dan terus menjaga ritme pola kerja secara disiplin ditiap minggu. Dengan tekun saya merekam semua progress saya secara harian, menghitung berapa jam saya menghabiskan bekerja tanpa distraksi di lab, hingga mendata hasil riset yang berhasil saya selesaikan. ANovel pertama saya, Islammu Adalah Maharku, juga terbit di tahun yang sama dengan masa tahun pertama S3 saya.
Waktu terus berputar hingga masa mengerjakan jurnal pertama saya tiba. Butuh 6 bulan bagi saya untuk MENULIS hasilnya dengan baik dan benar. Puluhan revisi, hari-hari yang dilalui dengan membaca dan membaca lagi draft tulisan saya, hingga membalas komen pembimbing yang selalu bikin pusing kepala dilewati dengan sabar:
“Tidak ada kesulitan dalam belajar yang berakhir dengan sia-sia. Jika kita bersabar, maka kualitas ilmu kita akan terus bertambah. Disaat yang bersamaan, kita semakin merendah karena tahu butuh selaksa kesabaran untuk melewati proses belajar yang tak mudah.”
Proses ini saya lewati bersamaan dengan promosi Novel saya dan mempersiapkan buku ketiga saya kala itu, INPIRASI DARI TANAH EROPA.
Delapan bulan setelah berlelah-lelah bekerja kearas menyelesaikan jurnal pertama saya, akhirnya hasil reviewer paper kami berhasil diterima dengan very minor correction. Sebuah batu loncatan penting dalam perjalanan S3 saya. Hampir dua tahun setelah menjalani studi S3, journal pertama saya akhirnya diterima. Bersamaan dengan itu, draft buku INSPIRASI DARI TANAH EROPA juga lolos untuk diterbitkan oleh Quanta-Elex Media Komputindo, menjadi buku ketiga saya sekaligus buku kedua saya selama S3.
Kabar menggembirakan yang lainpun datang. Saya mendapatkan Arthur Holmes Travel Grant dari London geological Society untuk melakukan investigasi lapangan tentang tsunami di ujung utara Inggris raya. Tepatnya di Pulau Shetlands Island yang berada dekat dengan kutub utara. Menginap di hotel brumur 300 tahun lamanya serta menikmati dingin dan kencangnya angin utara bumi. Pengalaman yang menakjubkan dan sukar hilang dari memori saya.
Perjalanan mengerjakan jurnal dengan proses revisi yang panjang dan melelahkan inilah yang kemudian menaikkan level cara saya menulis. Saya mulai mengerti bagaimana menulis dengan benar hingga berhasil menyelesaikan 3 Manuscript paper (2 journal paper dan 1 book chapter) dalam tahun terakhir S3 saya.
Dan hari ini, tepat 3 tahun 2 bulan perjalanan S3 saya, bundel PhD thesis saya akhirnya terjilid dengan rapi. 320 halaman, double space dengan 8 publikasi ilmiah, bisa melakukan aktivitas akademik secara gratis di 6 negara selama S3 adalah catatan manis yang kugoreskan selama studi S3 di sini. Ada tujuh grant/funding juga berhasil saya raih selama 3 tahun 2 bulan perjalanan studi ini. Dari Arthur Homes Travel Grant, Funding untuk menjadi visiting scholar di Kyoto University dari Japan International Cooperation Agency (JICA) dan EPSRC-UK, conference gratis di Turkey lewat biaya University of Bristol dan EPSRC-UK, hingga Colston Research Society Award yang diberikan kepada saya untuk melakukan perjalanan gratis ke Bali. Di saat yang bersamaan, buku keempat saya juga akan diterbitkan bulan depan. Sebuah gabungan nikmat yang tidak pernah habis atas kerja keras dan konsistensi yang saya ikhtiarkan.
Maka memori menjadi anak kampung yang lugu dan tak pernah bermimpi bisa studi Doktoral salah satu kampus terbaik dunia kembali terngiang di kepala. Juga cerita-cerita dari Ayah dan Ibu saya tentang perjuangan mereka menempuh pendidikan SMP dan SMA di Halmahera sana:
Dengan perahu layar kecil, pemberian kakek kami, ayah berlayar hingga ke Ternate dari pulau Makian, Halmehara Selatan berhari-hari lamanya. Semua itu dilakukan agar bisa mengecap pendidikan di SMP dan SMA yang saat itu banyak terpusat di Ibu Kota Kabupaten Maluku Utara, Ternate. Cerita ini juga tak jauh beda dari ibuku. Ayah sedikit beruntung karena menjadi anak tunggal di keluarganya. Punya perahu layar sendiri saat itu adalah hal yang jarang. Ibu sendiri harus menumpang kapal barang selama beberapa hari untuk bisa tiba di Ternate. Sampai-sampai mereka kapok untuk sekedar berfikir pulang kampung karena perjalanan yang menantang nyawa dengan medan yang tak mudah. Sesuatu yang tak lagi dirasakan saya dan DeLiang karena si burung besi akan dengan mudahnya menerbangkan kami ke Maluku Utara untuk sekedar merasakan nikmatnya ikan bangar, kehangatan keluarga, dan tentu saja keindahan pantainya yang memukau. Cerita perjuangan sekolah Ayah-Ibu saya, sejak saya kecil, selalu menjadi cerita terbaik yang pernah saya dengar. Bahkan ketika sudah melanjutkan studi S3 ke Inggris-pun, cerita dari mereka ini selalu saya minta untuk diulang terus menerus saat sedang berada di Ternate.
Lain cerita dengan ayah saya, saya menikmati SD di Malifut, daerah pelosok Utara Halmahera yang lampunya hanya menyala dari jam 6 sore hingga jam 6 pagi. Bahkan kadang-kadang lebih cepat dari itu. Sedikit beuntung dari ayah, saya sudah memiliki buku, tas sekolah, juga punya guru-guru yang cakap mendidik kami. Tapi tetap saja, sekolah di pelosok Indonesia tetaplah berbeda dengan mereka yang di kota besar. Hari-hari kami adalah hari-hari bermain tanpa perlu memikirkan pelajaran di sekolah. Tidak ada tuntutan tentang membangun mimpi besar menjadi seorang insiyur hebat juga dokter yang bisa membantu banyak orang. Yang lebih menyedihkan adalah SD saya saat ini tinggal nama dan kenangan karena sudah tidak ada lagi bangunannya. Akibat kerusuhan SARA 17 tahun lalu, SD saya terbakar dan sudah tidak ada lagi jejaknya.
Memori ini kembali merengsak masuk di kepala saya sesaat setelah bersiap melakukan submission PhD thesis saya. Satu tahap sebelum menuju sidang di bulan Januari nanti. Maka seperti pesan dalam Arrahman yang saya baca tadi pagi, secara tak sengaja hari ini saya tiba di Juz 27:
“Maka nikmat Tuhan kami yang MANAKAH yang kau DUSTAKAN?”
Ini adalah pengingat bagi saya bahwa ikhtiar yang luar biasa tidak akan ada berkahnya jika tanpa Allah yang membersamainya. Maka semua ini terjadi karena ijin-NYA, karena kemudahan dari-Nya. Jadi tidak tempat untuk menyombongkan diri apalagi berbangga. Hanya saja, ada pesan moral yang tak bisa saya lupakan selama perjalanan studi S3 saya ini:
KERJA KERAS adalah wujud nyata ibadah-ibadah harianmu. Disiplin adalah potret sejatinya muslim, jika kau lengah dan tinggalkan, maka hidupmu berakhir tanpa karya.
Ditulis di Office saya: 0.91 Queens Building, Bristol University, 20 November 2017.
Sesaat setelah merampungkan semua proses submission PhD thesis.
-perjalanan Sidang viva saya akan menutup cerita journey to PhD ini 🙂
Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti serial Journey to PhD saya.
======================================
Mau tahu cerita pengalaman saya di UK, Ayo ikuti PO dan giveaway buku Notes From England yang masih dibuka sampe 7 Desember nanti.
Cara PO:
1. klik link: http://tiny.cc/buku-NFE
2. Isi form lalu klik SUBMIT
3. Tunggu konfirmasi proses PO
Harga 65.000 dan ada 100 postcard dari Inggris untuk 100 pemesan pertama, tanda tangan penulis, dan free ongkir pulau JAWA.
Berlaku dari 1 November hingga 7 Desember 2017
Cara GIVEAWAY:
1. Follow akun FB Ario Muhammad dan Fissilmi Hamida
2. Share info PO dan giveaway ini lalu tag min. 5 teman kamu.
3. Pastikan share info PO ini dengan SETTINGAN PUBLIC agar bisa dicek
DAPATKAN 3 buku NFE dan 2 buku Inspirasi Dari Tanah Eropa (berlaku selama waktu PO)
____________________________
Intip isi buku NFE yuk :
• Sekitar 250 Halaman
• Berisi 4 BAB dengan 20 cerita berbeda
• Ada kisah anak kampung dari kaki gunung Sumbing, Magelang yang meretas mimpi ke Inggris, hingga anak desa terpencil Maluku Utara yang mengepakkan sayapnya di Eropa.
• Juga perjuangan mereka melawan keterbatasan dengan semangat pantang menyerah. Dari disindir kalau nggak punya uang, nggak usah kuliah, sampai harus berjibaku bertahun-tahun dalam kesabaran untuk mengejar syarat lulus beasiswa yang tak mudah.
• Mau tips yang konkrit soal merencanakan dan merealisasikan mimpimu? Buku ini juga memuat rahasia sukses dari seorang penghafal al-qur’an 30 Juz yang juga seorang PhD student hingga para atlet olahraga dan selebriti tersohor dunia.
• Dan kamu juga akan dibawa mengarungi kisah mengharukan perjalanan menjadi seorang manusia di negeri asing bernama INGGRIS RAYA. Tentang kebaikan mereka, cinta, juga pelajaran berharga soal penghormatan terhadap sesama.
” Benar. Semua berawal dari mimpi. Namun mimpi yang tidak diperjuangkan hanya akan berakhir menjadi seonggok khayalan. Seonggok imajinasi yang tak akan pernah terjadi ” (FH)
Ayo ikutin PO dan GIVEWAY-nya!
Selamat Mas Ario sudah berhasil menyelesaikan S3 dengan sukses. Salam kenal sebelumnya. Saya sudah mengikuti “journey to PhD” Mas Ario dari tahun 2015, sangat menarik dan bermanfaat bagi saya yang saat itu sedang kuliah S2 (kebetulan saya juga S2 di Taiwan :D). Terima kasih sudah berbagi melalui blog ini.