Kesempurnaan Keyakinan

Bismillah…

Kesempurnaan keyakinan, sejatinya bisa di ukur dengan sejauh mana engkau mengmbalikan harapmu pada-Nya. Apakah ia lahir atas dasar kesungguhan menuju-Nya, atau justru karena kecendrungan hatimu akan dunia yang indah dan memabukkan. Maka panjangkanlah keyakinanmu dengan nafas TAUBAT dan DO’A tiada henti. Agar ribuan langkah yg kau jejaki di kemudian hari, selalu akan melahirkan keputusan2 yang bijaksana.

Percayalah, dari-Nya, selalu akan indah. Sebab Allah takkan pernah mengecewakan hamba-Nya. Yang ada hanyalah kekotoran diri yang tertutup oleh dunia, sehingga terlampaui sulit untuk menikmati “hidangan” hikmah yang disediakan oleh-Nya. Jika masih kecewa, lihatlah hati, mungkin saja harap dan cita-mu, sejatinya tertuju karena dunia, bukan murni untuk-Nya. Atau ketika semuanya datang di alam nyata, tengoklah ia, jangan sampai di tengah perjuangan menjemput segala cita, masih tertanam benih-benih riya, masih tersemai langkah-langkah kesombongan, atau justru terlampaui sering ia berlalu bersama dengan keangkuhan. Jika masih ada, ber TAUBAT-lah, bisa saja ia memang belum layak untuk kau punyai.

Baca lebih lanjut

Iklan

Dalam Dekapan Ukhuwah

Bismillah…

 

Akhina.. mendalami agungnya cerita para sahabat yang terlingkar dalam dekapan ukhuwah, membuatku banyak menerawang semua kisah yang mungkin sangat tak berbekas dibanding mereka..

Hanya saja, cerita-cerita sederhana itu, seperti menjadi kenangan-kenangan yang akan selalu membuat saya berkata ke dalam diri.. “bahwa dalam dekapan ukhuwah, kutemukan jalan cinta untuk Yang Maha Cinta..” Sejatinya, ia bukan hanya sekedar membuatku lapang dalam sempit, atau merasa sangat antusias meski lelah, lebih dari itu semua, dalam dekapan ukhuwah mengajarkan kepadaku untuk lebih memahami bahwa persaudaraan yang kokoh berdiri adalah jawaban dari setiap pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita.. “Akankah kita mampu bertahan ?”…

Dalam dekapan ukhuwah akhina… Kudo’akan kita masih Istiqomah, kita tak mau kalah untuk berkeringat, kita tak mau resah untuk sebuah pekerjaan yang terasa berat..

Dalam dekapan ukhuwah akhina.. Kutitipkan semua kekuatan yang mungkin aku punya dan kau tak punya, agar ia terbang bersama, kemudian kita mampu saling bertukar semangat…

Dalam dekapan ukhuwah akhina.. Kukirimkan setumpuk harap yang sederhana, namun berharap ia mampu saling menguati, kalimat sederhana ini hanyalah catatan-catatan bagi cerita perjalanan kita yang tak banyak diketahui orang selain diri kita, Allah dan orang-orang yang ikhlas bersama-Nya..

Dalam dekapan ukhuwah akhina… Kutanamkan ikhlas sebagai pedoman, kusemai iman sebagai kekuatan, dan kusuburkan keyakinan sebagai jawaban dari setiap persoalan.. Seperti hamparan kisah Hajar dengan keyakinannya pada Allah, seperti tumpukan rasa yakin Yunus as dalam do’a-do’a penuh penghambaannya.. Semuanya akhina, ikhlas, iman, dan keyakinan yang kokoh mengakar dalam diri kita yang akan membuat kita memahami kenapa Sayyid Qutb tersenyum tenang menjelang syahid, kenapa Yusuf Qardhawi dengan tenang melanjutkan syuro ketika masih dalam keadaan lapar, atau ketika para pendahulu dakwah ini berlelah-lelah untuk sekedar menyampaikan kalimat-kalimat tausyiah bagi para pejuang yang haus akan cinta-Nya.. Baca lebih lanjut

Ketika Terpuruk

Bismillah…

Ada masa dimana seseorang terjatuh dalam keterpurukan. Hati seperti membusuk, rusak, kosong dan tak berpenghuni. Tahukah kau apa yang sebenarnya terjadi ? Hatinya sedang tak tertulis nama-Nya. Allah dengan segala keindahan-Nya adalah penerang bagi jiwa-jiwa yang resah, penghangat bagi hati yang terasa beku dan selalu saja memberikan setumpuk harap bagi mereka yang keyakinannya menipis. Hati, dalam sebuah pesan Rasulullah SAW, adalah Raja bagi tubuh kita. Ketika ia baik, maka baiklah yang lainnya. Untuk itu, sederhana saja kita menilai sebuah karakter. Ketika hatinya baik, maka perilakunya akan baik, akhlaqnya akan mulia, lisannya adalah kemuliaan dan langkahnya selalu menuju perbaikan. Begitulah hati mempimpin. Bagi mereka yang memiliki hati sejernih embun pagi, akan menghasilkan karya akhirat yang akan mengalirkan energi kehidupan bagi peradaban.

Keterpurukan hati selalu beriringan dengan kedekatan kita kepada Allah. Ketika amal-amalan pailit di tiap harinya, yang semula 1 juz perhari, kemudian berkurang menjadi 2 lembar perhari, maka disanalah tanda-tanda keterpurukan hatimu akan dimulai. Amalan dan bersihnya hati adalah dua hal yang tak terpisahkan. Engkau memiliki hati sebagai tempat niat untuk memulai segala aktivitasmu, maka amal adalah bentuk dari semua kerja-kerjamu. Baiknya hatimu, baik pula amalmu. Baca lebih lanjut

Review Novel Bumi Cinta – Habiburrahman El Shirazy (2)

Bismillah…

Lanjutan postingan kemarin, bisa di klik disini.

3. Jalan Cerita

Cukup membosankan sebenarnya alur cerita yang di bangun. Tema cerita yang dibawa sebenarnya menarik, terutama buat saya pribadi. Ayyas yang dikisahkan menjadi seorang peneliti di MGU, adalah jaminan kisah ini akan menarik, apalagi settingannya di Moskwo-Rusia. Hanya saja, Kang Abik terlalu memaksakan beberapa fakta sejarah yang ditulis dengan detail dan gamblang dalam novel ini. Bisa di bilang nyaris penuh setiap babnya dengan penjelasan dan penjelasan. Tidak terlalu halus dan seberhasil yang beliau lakukan di AAC. Banyak dialog-dialog yang kelihatan terlalu janggal dengan meletakkan berbagai macam teori ilmiah maupun fakta sejarah.

Selain itu, novel ini terlalu tipis (meski sudah sangat tebal) untuk merangkum semua cerita yang menurutku begitu sayang untuk tidak didetailkan. Kang Abik banyak memfokuskan penulisan novel ini untuk memberikan pencerahan bagi pembaca. Bagaimana beliau membeberkan teori-teori ketuhanan dan melawan paham atheisme, juga menunjukkan fakta-fakta sejarah tentan pembantaian ummat Islam Palestina oleh Israel. Satu bab yang cukup menggangguku, bahkan terkesan seperti membaca sebuah buku ilmiah adalah bab “Jenis-Jenis Atheisme”. Rasanya sangat aneh membaca bab ini. Cerita dimulai setelah Yelena dan Linor (terutama Yelena) yang masih penasaran dengan teori atheisme yang disampaikan Ayyas selama seminar di MGU. Full bab ini menjelaskan jenis-jenis atheisme dengan detail. Saya jadi punya pengetahuan baru, ini tentu sisi positifnya. Sayangnya tidak terlalu halus “dimasukkan” dalam novel ini.

Satu lagi dari jalan cerita yang agak kurang sreg kuterima adalah di bagian akhir. Saya sudah menikmati 3 bab terakhir, namun kembali terganggu dengan kedatangan Linor yang mencari Ayyas untuk dijadikan suami setelah memeluk Islam sekembalinya dari Jerman. Setelah meminta Ayyas menjadi suaminya, Linor ditembak mati oleh agen Mossad, dan beberapa menit sebelum ditembak mati, Ayyas mulai merasakan cinta yang membuncah kepada Linor bahkan menjadikannya separoh jiwanya. Terus terang saya masih belum bisa menerima alur logika yang dipakai. Bukankah ada Ainul Muna yang di cintai Ayyas ? tapi bisa saja argumen terbantahkan, kalau cinta sudah di dada, apalagi yang mau dikata… 😀

4. Cover

Saya cukup terganggu dengan nama Habiburrahman El Shirazy yang terpampang besar-besar di cover novel ini. Juga gambar depannya yang menurutku masih saja kurang. Tapi saya kurang tahu sebelah mana – maklum bukan pakarnya 😆 – Baca lebih lanjut