Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillah…
Kupandangi tiket pesawat Malaysia Airlines di tasku. 2 September 2009. Itu berarti 27 hari lagi sisa waktuku di Indonesia. Tepat 10 hari setelah Ramadhan. Ada ketegangan yang semakin hari semakin besar muncul di rongga dadaku. Tidak bahagiakah aku dengan nikmat dari-Nya ini ? tentu saja aku bahagia, terharu, bahkan sampai sekarang masih seperti mimpi bisa mendapatkan beasiswa S2 di Taiwan. Seperti keceriaan pelangi yang hadir setelah hujan membumi, sesungguhnya akupun bahagia dengan kesempatan ini. Namun, semakin hari, aku seperti merasa tak mampu untuk melanjutkan studi. Bayangan kegagalan karena kekurangan ilmu dan ketakutan tidak bisa mengikuti proses kuliah S2 sering sekali datang menghampiri. Akhirnya kucoba menepis semua keraguan. Ini kesempatan yang tidak diberikan kepada semua orang. Aku termasuk satu dari sekian banyak orang yang beruntung memperoleh kesempatan ini, tidak boleh aku melepaskannya.
Manusia memang seperti ini, setelah diberi nikmat, kita seperti menjadi hamba yang lalai terhadap-Nya. Janji akan lebih taqwa, kita balas dengan perilaku-perilaku kelalaian yang tak terhitung kepada-Nya. Padahal begitu banyak limpahan rahmat yang tersedia dari-Nya. Ahh… manusia memang tempat lalai dan lupa bahkan sombong dengan kondisi yang dia miliki. Akupun mencatatkan satu hal didalam hati dan jiwa, bahwa perjalanan 2 tahun nanti, harusnya diimbangi dengan peningkatan iman di dada. Aku akan lebih memilih untuk tak bergerak kemana-mana asal iman dan taqwa serta keinginan untuk berdakwah masih tertanam kuat di dalam diri. Dibanding aku harus pergi berkelana, keujung dunia manapun, namun akhirnya hati kosong, tanpa ruh yang total mencintai-Nya, atau keinginan hati yang senantiasa terisi penuh oleh-Nya. Setidaknya itu yang menjadi titik kekuatanku. Kekuatan yang ingin kubangun dengan hanya bersandar kepada-Nya. Bukankah Rasulullah saw berkata “Bersemangatlah untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa tidak mampu”, ya.. Kalimat itu selalu saja menggantung di bilik semangatku. Ia harus senantiasa kujaga. Baca lebih lanjut