Kekuatan Do’a – Mendapatkan Kontrakan muslim di Inggris
Awal Juli 2014
Aku masih mematung di depan laptop ditemani suara pelan tiupan AC ruanganku yang mencegah dari panasnya Surabaya. Pikiranku campur aduk melihat deretan dokumen yang harus kupersiapkan untuk aplikasi Visa menuju Bristol-United Kingdom (UK). Ada salah satu masalah yang sampai detik ini masih menggangguku.
AKOMODASI!
Ya, ini masalah tempat tinggal. Mungkin terdengar sederhana bagi banyak orang yang memulai studi dimanapun, tapi bagiku, penerima beasiswa yang cukup pas-pasan ini, aku tidak mungkin mengandalkan asrama kampus sebagai tempat tinggalku. Mungkin saja sebenarnya, akan tetapi aku harus rela memotong setengah uang beasiswaku untuk sekedar membayar sewa bulanan asrama.
Bristol University memang berada di city center of Bristol, sama halnya dengan Imperial College of London yang berada di zona paling mahal di London. Pilihan untuk hidup di Asrama kampus yang berjalak kurang dari 15 menit jalan kaki akan merobek kucuran beasiswa hingga 415 pound per bulan. Memang sewa bulanan ini telah masuk semua tagihan, tapi jika ada cara untuk menempati tempat tinggal yang lebih murah, meski dengan jarak yang cukup jauh dari City Center kenapa aku tidak mempertimbangkannya?
Aku sudah belajar bagaimana bisa mengelola uang beasiswa dari berbagai cerita rekan-rekanku di UK. Tinggal di asrama bukanlah pilihan seorang penerima beasiswa sepertiku.
Muhammad Salami, teman PhD dari Iran juga mengatakan hal yang sama:
“You have to try finding flat out of campus. The on-campus accommodation is quite expensive.”

Hal ini cukup berbeda dengan yang dikatakan Shiliang Li. Teman PhDku yang baru memasuki tahun kedua. Ia justru menyarankanku untuk mengambil akomodasi kampus karena memang setengah dari biaya hidup di Bristol dipakai untuk tempat tinggal.
Aku hanya mengernyitkan dahi membaca emailnya yang cukup panjang. Li memang telah lama menghabiskan waktunya jauh dari negeri Tiongkok untuk studi di Bristol. Pengalaman hidup sebagai mahasiswa S1 hingga S3 di sini tentu menjadi sebuah rekomendasi yang tidak bisa kusepelekan.
Namun rekomendasi Li masih belum apa-apa ketika aku mematung melihat lanjutan emailnya:
“However, it can be troublesome at the same time, most of the private property requires full payment up-front, unless you have a UK guarantor. Plus you probably would like to view the property before signing the contract.”
Full payment up-front?
Aku berkali-kali membaca barisan kata-kata ini di Inbox email-ku. Sepertinya memang tidak mudah mendapatkan akomodasi di Bristol. Dengan rata-rata harga sewa di atas 400 pound per bulan, hampir semua situs iklan sewa rumah/apartemen di Bristol menysaratkan uang muka (DP) untuk memastikan akomodasi akan disiapkan untuk kita. Ada yang bahkan meminta pembayaran 6 bulan hingga 1 tahun penuh seperti yang diceritakan Li di atas. Baca lebih lanjut →