Pesan Pagi

Bismillah…

“Toloooong.. Jangan sia-siakan Tarbiyah antum bertahun-tahun untuk hanya jadi seseorang yang biasa. Antum adalah poros-poros penguat ummat ini. Maka SERIUSLAH dengan hidup antum, jangan kebanyakan main-main dan santai biar banyak kemanfaatan.

Mau jadi apapun antum nanti, jadilah yang paling terbaik agar Islam tidak lagi diinjak-injak.”

Baca lebih lanjut

Iklan

Benarkah Allah?

Bismillah..

Benar bahwa kita manusia. Tempat segudang khilaf, juga beribu alasan untuk membenarkannya.

Benar, bahwa kita insan biasa. Sering terlupa, juga melupakan yang semestinya teringat.

Benar, bahwa kita hanyalah makhluk tak berdaya. Terkadang iman sekokoh batu karang, tetapi lebih sering seperti buih dilautan. Terombang-ambing dan tak jelas arahnya.

Kita semua tahu, bahkan sangat tahu, bahwa kita ini manusia, namun lupa, benar-benar lupa bahwa sebagai manusiapun kita tetaplah hamba Allah…

muhasabah_islam

Baca lebih lanjut

Akan Ada Masanya

Bismillah..

Akan ada masanya, ketika semua harapan berkumpul dan bergumul dalam ketiadaan lalu melebur kembali bersama semangat yang beranak pinak. Tak terelakkan lagi saat itu. Ketika nurani berbisik gemuruh, ketika langkah kaki tegap selalu, dan jiwa yang cerah meranggas hari dalam suasana baru. Akan ada masanya memang, ketika semua semangat kembali, bergumul dengan realitas yang baru dan meninggalkan yang semu.

Tapi yang paling menyengsarakan adalah ketika tak ada lagi pencerah jiwa dalam bilangan detik. Tak ada lagi ruh menginspirasi untuk sekedar mengisi kekosongan. Baca lebih lanjut

(Cerpen) Kisah 2 Orang Pemuda

Bismillah..

Langit masih terang bederang, sedangkan sinar mentari masih memancarkan hangatnya ditengah bukit-bukit kecil yang terjal. Sungai-sungai yang jernih, terlihat kehijau-hijauan melengkapi kesempurnaan hamparan pemandangan disepanjang perjalan 2 pemuda itu. Mereka masih menarik nafas mereka yang sempat memburu ketika sama-sama mengejar kereta di pagi yang cukup panas. Salah seorang dantaranya menertawakan dirinya sendiri. Entah ini yang keberapa, namun yang jelas, kisah bersama kereta selalu saja membuat banyak tawa. Rupanya, pemuda berbaju cokelat disampingnya masih kelihatan dongkol. Itu menurutku yang menyaksikan mereka berdua tergopoh-gopoh mencari gerbong dan tempat duduk di pagi itu. Seperti biasa, pemuda berbaju cokelat itu masih duduk tenang, meski dengan raut yang masih tak nyaman atas kejaidian yang menimpanya beberapa menit yang lalu. Buatnya -mungkin- ini keteledoran yang tak bisa diulangi 🙂

Keduanya kemudian melempar senyum. Rupanya mereka adalah sahabat dekat. Cukup dekat sepertinya, terlihat dari bahasa-bahasa yang mereka pakai. Bahasa-bahasa se-frekuensi dengan tema-tema lintas generasi yang hangat mereka bicarakan. Namun, jika kuperhatikan, kedekatan mereka sepertinya juga bukan sebuah kedekatan biasa. Kedekatan yang penuh misi mungkin. Misi keabadian yang mereka cari, meski ketika kuperhatikanpun, mereka tak lebih dari dua pemuda biasa yang masih sama-sama belajar. Belajar mencari cinta lebih tepatnya. Belajar memknai kata cinta menjadi kalimat-kalimat kerja dalam hari-hari mereka. Kata cinta yang berujung pada Allah, Tuhan mereka. Cinta yang -mungkin- mirip defenisinya ketika Umar RA, menggantikan cintanya kepada diri dan keluarga menjadi sebuah cinta melangit untuk Muhammad Sang Nabi mulia. Ya.. saya yakin kedua pemuda itu sedang belajar memaknai ejawantahan perasaan cinta menjadi sebuah kata kerja -semoga-.

Baca lebih lanjut