Bismillah…
Nafasku masih memburu ketika kucegat taxi siang itu. Pikiranku masih penuh setelah menerima terlpon dari rumah sakit 10 menit yang lalu.
“Kita di suruh milih yah, mau pulang atau di induksi?” Lirih istriku. Suaranya terlihat pesimis. Aku sendiri masih sibuk dengan makan siangku ketika ditelpon olehnya. Siang itu, aku memang sengaja kembali ke rumah beberapa saat karena mengambil beberapa barang penting untuk rawat inap istriku yang kami duga sebentar lagi akan melahirkan.
“Kontraksinya sudah mulai berhenti” sambungnya sedih. “Ayah ke sini segera ya, nanti kita diskusikan sama-sama.” Tutup istriku. Aku kemudian sedikit khawatir, tapi mencoba untuk tetap tenang. Dengan cepat, aku bereskan semua keperluan dan mencegat taxi di samping apartemen kami.
Mobil kuning itu sudah membelah jembatan penghubung antara Taipei dan Taipei New City. Taipei water department sudah mulai terlihat. Sebentar lagi, mobil ini akan menembus lurus menuju Chirldren Hospital of National Taiwan University. 15 menit kemudian. Aku sudah berada di depan rumah sakit.
Setelah membayar biaya transportasiku. Aku sedikit berlari menuju lift menuju lantai 9 yang merupakan ruang operasi untuk melahirkan.
“Gimana yah?” Tanya istriku sedikit khawatir. “Di induksi sakit sekali lo yah!” Nadanya semakin melemah. Aku mulai bingung.
“Tapi bunda sidang 10 Juli. Sepertinya memang di induksi saja biar bunda punya waktu yang cukup untuk mempersiapkan sidang Thesis. Tapi setelah di induksi berapa lama ya kira-kira hingga melahirkan?” Lanjut istriku. Kali ini sudah sedikit tenang. Sepertinya keberadaanku disampingnya membuat suasana menjadi lebih terkendali.
“Kita induksi saja ya? Sepertinya sakitnya sama saja dengan yang normal. Tapi sebelumnya kita pastikan dulu beberapa masalah yang ingin kita ketahui.” Jawabku diplomatis. Aku kemudian menyesali pernyataan ini. Membenci kurangnya pengalaman dan pengetahuanku tentang proses melahirkan. Aku baru tahu beberapa jam kemudian, kalau induksi bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa dibandingkan melahirkan secara normal. “Aku lebih menyarankan para pasien untuk di secar di banding di induksi” Kata seorang sahabat dokterku, 3 pekan setelah kelahiran anakku. Obrolan kami yang singkat itu membuatku semakin merasa bersalah mengambil keputusan induksi di hari itu.
DeLiang sesaat setelah kelahirannya