Bismillah…
Bulan bersinar indah menghiasi langit. Birunya yang jernih memantulkan beribu keindahan malam di musim panas, kuayuhkan sepedaku sepulang dari Masjid Besar setelah buka puasa. Perlahan, kusapu hati yang mulai sedikit lena dengan dunia. Bukan sedikit rupanya, namun terlalu sering jiwa terbuai dengan pesona dunianya. Kemudian, seperti suara-suara penghambaan yang mulai berteriak di pekat malam, disitulah cerita-cerita tentang taubat mulai dilantunkan. Entah akan diterima atau tidak, sungguh menghabiskan detik untuk berdua dengan-Nya adalah sebuah keindahan tentang kehidupan. Disinilah baru kita menyadari, bahwa letak kelapangan jiwa ada pada seberapa dekat engkau dengan-Nya.
Dan seperti malam-malam sebelumnya, kuhabiskan detik bersama simulasi, paper dan referensi thesis yang belum juga menemukan ujungnya. Ini baru jalan awal, namun ia seperti menghabiskan semua waktuku. Membagi ruang untuk bertemu dengan-Nya bersama dengan pikiran yang masih terbawa dengan dunia adalah sebuah seni prioritas. Sering rasanya kalah, karena lebih memilih berjam-jam bersama riset dibanding mulai menelisik kisah-kisah maha dahsyat yang menggetarkan. Seharusnya bisa, karena kita diberi kemampuan untuk merasa. Namun disinilah nafsu terangkai dalam diri seorang manusia. lalai, malas, dan semua berkaitan dengan keengganan akan menemanimu. Hingga kemudian, berjuta detik yang berlalu kemudian, akan menuliskan betapa telah kita sia-siakan waktu yang berlalu. Baca lebih lanjut